Sentimen Angela Effect mulai memudar pada perdagangan bursa awal pekan ini, Senin (28/10/2019). Sentimen yang selama beberapa waktu terakhir membuat harga saham-saham MNC Group meroket, kini justru dimanfaatkan pasar untuk segera mencairkan keuntungan melalui aksi jual.
Akibatnya, saham-saham MNC Group yang sebagian besar dikuasai ayah Angela, Hary Tanoesoedibjo itu kini bergerak memerah. Berikut adalah beberapa contohnya.
Baca Juga: Ada Gula Ada Semut: Putri Hary Tanoe Merapat ke Istana, Saham MNC Group Bikin Investor Berebut!
PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
Saham MNCN mengawali perdagangan di level Rp1.340 per saham, level yang setara dengan harga penutupan pada Jumat pekan lalu. Meski sempat naik ke zona hijau hingga ke level tertinggi di Rp1.350 per saham, pada siang ini saham MNCN justru terperosok ke lembah zona merah.
Melansir dari RTI, saham MNCN bertengger di level Rp1.300 per saham, terkontraksi 2,99% dari harga awal. Level tersebut sekaligus menjadi capaian terendah dari saham MNCN sampai siang ini.
Baca Juga: Kandidat Kuat Wakil Menkominfo, Begini Sepak Terjang Putri Sulung Hary Tanoe!
Terkoreksinya saham MNCN secara signifikan dipengaruhi oleh aksi jual asing yang mencapai Rp4,98 miliar, mengingat saham tersebut membukukan kenaikan 5,67% dalam sebulan terakhir sehingga membuat investor tergiur dengan harga yang relatif mahal.
PT Global Mediacom Tbk (BMTR)
Saham MNC Group berikutnya yang juga terkoreksi adalah saham BMTR, di mana saat ini saham tersebut bertengger di angka Rp396 per saham atau menurun 1,98% dari harga pembukaan yang bertengger di angka Rp404 per saham.
Beberapa saat lalu, saham BMTR menyentuh level terendah di Rp394 per saham. Faktor yang membuat saham BMTR juga karena adanya tekanan jual asing yang membukukan nilai sebesar Rp60,91 juta. Bagaimanapun, selama ada Angela Effect saham BMTR sudah mengalami kenaikan sebesar 16,47% dalam sebulan terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih