Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tutup Tahun, Harga CPO Makin Agresif!

Tutup Tahun, Harga CPO Makin Agresif! Petani memindahkan buah kelapa sawit yang baru dipanen, di Padangpariaman, Sumatera Barat, Senin (16/7). Data BPS Sumbar, harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di propinsi itu merosot dari Rp1.500 per kilogram kini menjadi Rp800 per kilogram, sehingga mempengaruhi nilai ekspor Sumbar sepanjang Juni 2018 yang mencapai 108,19 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau turun 11,48 persen dibandingkan Mei yang mencapai 122,22 juta dolar AS. | Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Semakin agresifnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di akhir kuartal IV membawa kabar gembira bagi pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia.

Data CIF Rotterdam mencatat terjadi kenaikan harga CPO global sebesar 16,3% dari US$705 per MT menjadi US$820 per MT selama Desember 2019. Harga rata-rata CPO pada kuartal IV 2019, yakni 37,3% lebih tinggi atau sebesar US$664,4 per MT dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sekitar US$497,07 per MT.

Implementasi mandatori B30 yang sudah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Senin (24/12/2019) lalu secara otomatis mampu meningkatkan serapan minyak sawit domestik. Sepanjang 2019, target serapan 6,6 juta kiloliter fatty acid methyl ester (FAME) telah tercapai melalui program mandatori B20 dan diproyeksi meningkat pada 2020 mendatang menjadi 9,6 juta kiloliter.

Baca Juga: Simak, Yuk! Kisah Nyata Sawit Rakyat Swadaya di Jambi

Semakin banyak serapan CPO dalam negeri, maka supply bagi pasar global akan semakin berkurang. Akibatnya, negara-negara importir yang sangat bergantung pada CPO akan meningkatkan pembelian sehingga harga menguat.

Penerapan B30 ini mampu menghemat biaya impor bahan bakar fosil sebesar Rp63 triliun pada tahun depan, yang mana angka ini lebih tinggi dibandingkan B20 tahun ini sekitar Rp43,8 triliun.

Data Gapki mencatat selama Januariā€“Oktober 2019, serapan CPO domestik dalam bentuk biodiesel, oleofood, dan oleochemicalĀ  mencapai 14,2 juta ton.

Baca Juga: Sawit Kalteng & Kalsel: Gak Luas Banget Sih, Tapi Paling Produktif!

Penguatan harga juga terjadi akibat adanya ancaman risiko dari sisi produksi di Indonesia dan Malaysia. Data Refinitiv mencatat dalam tiga tahun terakhir, terhitung mulai Oktober hingga Februari produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia menurun.

Menguatnya harga minyak nabati subsituen seperti minyak kedelai (soybean oil/SBO) sebesar 12,6% dari 30 ct/Ib menjadi 33,77 ct/Ib selama akhir kuartal-IV ikut menjadi faktor yang mengiringi penguatan harga minyak sawit global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: