Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada Gula Ada Semut: Ingin Rakyat Sejahtera, Manfaatkan Laut

Ada Gula Ada Semut: Ingin Rakyat Sejahtera, Manfaatkan Laut Kredit Foto: Antara/Ampelsa

Butuh Idealisme dan Nasionalisme

Untuk melindungi sumber daya kelautan Indonesia dibutuhkan idealisme dan nasionalisme yang tinggi dari para segenap elemen masyarakat khususnya para pembuat kebijakan perikanan dan kelautan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kekayaan sumber daya perikanan dan kelautan Indonesia berpotensi luar biasa untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, dari hulu ke hilir.

Menurut Ketua Umum Masyarakat Perikanan Nasional, Muhammad Taufiq, sekitar 80% ikan hias yang ada di dunia itu berasal dari Indonesia. Tapi fakta yang ada, pasar hias yang ada di dunia itu dikendalikan oleh Singapura dan Malaysia.

Baca Juga: KKP Dorong Bogor Jadi Pusat Ikan Hias Terbesar di Indonesia

Dengan rasa nasionalisme yang tinggi, dapat memperteguh niat yang baik untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat Indonesia terutama dalam bidang kelautan dan perikanan dengan cara melindungi dan memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah, sekaligus menjadi landasan idealisme yang kuat. Apabila dibandingkan dengan kekayaan sumber daya laut dan perikanan China, Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar untuk menyamai China sebagai produsen perikanan nomor satu di dunia.

Sebagai bukti, Indonesia memilki luas garis pantai 95 ribu, luas laut dangkal 24 juta, dan luas teluk empat juta. Sementara China hanya mempunyai 32 ribu garis pantai, satu juta luas laut dangkal, dan 168 ribu luas teluk. Cita-cita Indonesia menjadi produsen terbesar ikan di dunia sangat rasional, tinggal bagaimana bisa memanfaatkan peluang yang sudah ada tersebut.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Indonesia memiliki potensi laut yang sangat melimpah, dengan 60% penduduk tinggal di pesisir; memiliki luas perairan 5,8 juta km2 yang terdiri dari 2,5 juta km2 ZEE; 13,7 juta ha perairan umum dan 4,3 juta ha daerah potensial untuk perikanan. Semuanya itu menjadi potensi yang perlu diberdayakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

Selain itu, Indonesia terletak di posisi yang sangat strategis, yaitu berada di tengah salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia, di antara dua samudera dan dua benua. Sebagai negara maritim, Indonesia harus menegaskan dirinya sebagai poros maritim dunia, sebagai kekuatan yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Posisi sebagai poros maritim dunia akan membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun kerja sama regional dan internasional bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang akan mendorong perwujudan kedaulatan pangan maritim Indonesia kini lebih dikenal sebagai negara agraris yang memiliki sumber pangan relatif berlimpah, tapi sampai saat ini masih mengandalkan sumber pangan dari darat, sedangkan potensi laut belum optimal diberdayakan.

Pemanfaatan potensi laut Indonesia juga masih terkendala karena hanya fokus pada ikan dan pengelolaannya masih tradisional serta minim teknologi. Hal inilah yang menjadikan pemanfaatan potensi laut belum optimal.

Kontribusi laut Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional masih di bawah 30 persen. Padahal, sektor kelautan bisa menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia.

"Potensi ekonomi sektor kelautan di Indonesia diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja 40 juta orang," kata Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas tentang kebijakan pembangunan kelautan di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu 15 Juni 2016.

Artinya, masih banyak potensi laut Indonesia yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga pemerintah harus melakukan program-program pembangunan sektor kelautan secara terarah dan lebih tepat sasaran. Jokowi juga ingin kebijakan pembangunan kelautan Indonesia harus mampu mengonsolidasikan seluruh program-program pembangunan yang ada.

Kalau melihat di beberapa negara seperti ekonomi kelautan Jepang, yang mampu menyumbang 48,5 persen PDB atau setara dengan 17.500 miliar dolar AS. Sementara Thailand yang garis pantainya hanya 2.800 kilometer, mampu menyumbang devisa sebesar 212 miliar dolar AS.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: