Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tragedi Corona, Bagaimana Manusia Bisa Terserang Penyakit dari Hewan?

Tragedi Corona, Bagaimana Manusia Bisa Terserang Penyakit dari Hewan? Petugas medis bersiap memeriksa Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (2/2/2020). Sebanyak 238 orang WNI dari Wuhan, China tersebut selanjutnya dipindahkan ke Natuna untuk menjalani observasi selama kurang lebih dua minggu guna memastikan kesehatannya dan terbebas dari virus corona. | Kredit Foto: Antara/Kementerian Luar Negeri RI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Adanya virus corona membuat daftar panjang adanya penyakit manusia dari hewan. Dunia mencatat, ada sejumlah penyakit yang timbul akibat tertular dari hewan.

Seperti dilansir BBC, Krisis HIV/Aids pada dekade 1980-an berasal dari kera besar, kemudian pada tahun 2004-2007 terjadi avian flu yang berasal dari unggas, sedangkan babi menghasilkan pandemi flu babi tahun 2009.

Baca Juga: Waspada, Virus Corona Berpotensi Sebarkan Malware ke Komputer dan HP-mu! Begini Cara Atasinya

Belakangan kita temukan penyakit severe acute respiratory syndrome atau SARS berasal dari kalelawar, melalui musang, sementata kalelawar juga memberi kita Ebola.

Manusia kerap mendapat penyakit dari hewan dan kebanyakan penyakit baru asalnya dari hewan liar. Namun, perubahan iklim mempercepat proses ini. Meningkatnya urbanisasi dan mobilitas manusia membuat penyakit-penyakit ini menyebar dengan lebih cepat.

Lalu bagaimana bisa tertular?

Banyak hewan yang membawa berbagai patogen-bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit. Patogen ini perlu berevolusi untuk bertahan hidup dan mereka menginfeksi berbagai spesies sebagai inang untuk mencapai tujuan itu.

Sistem kekebalan tubuh inang akan mencoba membunuh si patogen. Artinya, baik inang maupun patogen terlibat dalam "pertandingan" evolusi untuk menentukan siapa yang berhasil keluar sebagai pemenang.

Misalnya, sekitar 10% orang yang terinfeksi SARS meninggal dunia dalam epidemi tahun 2003, sedangkan tingkat kematian akibat epidemi "flu biasa" adalah 0,1%.

Perubahan lingkungan dan iklim telah menggusur dan mengubah habitat hewan. Ini turut mengubah cara hidup, tempat tinggal, dan pola makan mereka. Cara hidup manusia juga berubah, sekitar 55% populasi manusia kini hidup di kota, meningkat 35% dibanding 50 tahun lalu.

Kota-kota besar ini menyediakan tempat hidup bagi hewan liar seperti tikus, rakun, tupai, rubah, unggas, anjing liar, monyet yang bisa hidup di ruang terbuka hijau dan memakan sampah yang dihasilkan manusia.

Terkadang hewan liar ini lebih sukses hidup di kota daripada di alam liar karena banyaknya pasokan makanan. Maka, ruang kota lantas menjadi tempat pertemuan berbagai penyakit yang berevolusi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: