Paradigma Ekowisata
Akhir-akhir ini negara berkembang seperti Indonesia mulai berpaling lebih memberdayakan pengembangan wisata alternatif untuk mengantisipasi penurunan kepopuleran pariwisata massal. Pengembangan ini sekaligus merupakan upaya menyelamatkan dan mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan (Save Our Sea). Untuk itu, perlu adanya alternatif pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama penduduk lokal (Iryenal, 2010).
Pariwisata alternatif itu adalah ekowisata. Kenapa Indonesia lebih memilih ekowisata? Karena Indonesia dianugerahi dengan potensi sumber daya alam yang indah; keanekaragaman objek dan daya tarik wisata eksotis yang tersebar mulai dari hamparan pemandangan pantai hingga sawah; seni budaya yang khas dari pesisir hingga pegunungan, serta potensi bahari yang kaya dengan biodiversity.
Baca Juga: Save Our Sea: Ketika Sampah Plastik Jadi Public Enemy
Sektor ekowisata ini menjadi salah satu sektor unggulan yang dapat menjadi penggerak roda perekonomian dalam pengembangan wilayah tersebut. Sektor ekowisata kini merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup potensial. Ekowisata juga telah menjadi industri yang mampu mendatangkan devisa negara dan penerimaan asli daerah yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi (Maramis 201).
Untuk itu, kebijakan pembangunan ekowisata harus diarahkan tidak lagi semata-mata mengutamakan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan partisipasi aktif penduduk lokal. Dengan kebijakan ini, degradasi lingkungan seperti berkurangnya keragaman hayati yang terjadi sebagai akibat dari pembangunan berbagai sarana akomodasi, transportasi, dan perilaku wisatawan yang kurang ramah terhadap lingkungan, dapat dihindarkan.
Selain itu, pelaku ekowisata yang umumnya didominasi oleh para pengusaha mulai bergeser ke penduduk lokal sehingga mereka tidak lagi hanya sebagai pihak penjual tanah untuk kepentingan pengusaha - yang selama ini menjadi buruh di lahannya sendiri, bahkan hanya sebagai penonton yang terpinggirkan.
Prinsip Pengembangan Ekowisata
Konsep ekowisata harus mengedepankan kegiatan wisata yang bertanggung-jawab dengan menyelaraskan potensi alam dan budaya serta melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya. Hal ini akan berdampak pada bertambahnya pendapatan (homestay, kerajinan tangan, diving, snorkeling, trekking, dan kuliner). Keuntungan bagi desa ini akan dikembalikan lagi untuk kegiatan konservasi.
Terdapat lima prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia, yaitu (Mahdayani, 2009): Pertama, pelestarian. Kegiatan yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan serta budaya setempat. Caranya, dengan menggunakan sumber daya lokal yang hemat energi dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Tak hanya masyarakat, wisatawan juga harus menghormati dan turut serta dalam pelestarian alam serta budaya daerah.
Kedua, pendidikan. Kegiatan yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan antara lain dengan cara memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan serta hewan yang ada di sekitar daerah wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau dalam kehidupan sehari-hari, atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya. Kegiatan ini dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur, pamflet, buklet, atau papan informasi.
Ketiga, pariwisata. Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi. Oleh karena itu, produk dan jasa pariwisata yang ada di daerah kita juga harus memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.
Keempat, ekonomi. Ekowisata yang dijalankan harus memberikan pendapatan dan keuntungan (profit) sehingga dapat terus berkelanjutan. Yang penting dilakukan adalah memberikan pelayanan serta produk wisata terbaik dan berkualitas. Memberikan pelayanan dan produk wisata berkualitas, akan lebih bermanfaat jika pendapatan dari pariwisata tidak hanya untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal tetapi juga membantu pengembangan pengetahuan masyarakat setempat, misalnya pengembangan kemampuan melalui pelatihan akan meningkatkan jenis usaha/atraksi yang disajikan di tingkat desa.
Kelima, partisipasi masyarakat setempat. Partisipasi akan timbul ketika alam/budaya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat maka alam/budaya itu harus dikelola dan dijaga. Partisipasi masyarakat penting bagi suksesnya ekowisata di suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri karena kita memiliki peranan sama dalam melakukan pembangunan di daerah. Partisipasi dalam kegiatan ekowisata akan memberikan manfaat langsung, baik untuk pelestarian alam dan ekonomi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: