Tantangan UMKM Masuk Ekonomi Digital, Menkop: Kita Butuh Broker

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki, mengatakan bahwa kerja sama antara startup dengan usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi kunci pertumbuhan usaha jenis tersebut untuk mampu bersaing dalam ekonomi digital.

Terlebih, menurut Teten, 98 persen dari 63 juta pengusaha UMKM masih berskala mikro. Startup digadang menjadi jembatan para usaha mikro untuk bisa masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital.

Baca Juga: 5 Tahun Lagi, Belanja Digital Masyarakat Asean Melejit 3 Kali Lipat

"Untuk menaikan pendapatan mereka, perlu partner. Startup ini kan sudah masuk ke digital ekonomi," katanya di CoHive Plaza Kuningan, Selasa (3/3/2020).

Kementerian Koperasi sendiri sudah menggelar beberapa kerja sama dengan startup lintas sektor. Beberapa sektor yang disasar antara lain adalah pertanian, perikanan, dan perdagangan.

"Di Sektor pertanian dan perikanan kita sudah kerja sama dengan Sayurbox, TaniHub, dan Aruna. Kemudian perdagangan sudah ada Grab kios, Warung pintar, Bukalapak," lanjutnya.

Menurutnya, saat ini tantangan usaha mikro untuk naik kelas dan masuk ke dalam jajaran ekosistem ekonomi digital adalah startup dan penjual yang lihai dalam memasarkan barang produksi usaha mikro secara online.

"Kita butuh seller yang bisa menjadi penjual di online untuk produk sektor mikro. Butuh sebanyak-banyaknya. Kita butuh brokerlah. Nggak mungkin ngurusin 63 juta mikro ini tanpa ada kerja sama dengan startup, tanpa ada kerja sama dengan jagoan seller di digital market," pungkasnya.

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat pada 2018, sudah ada 10,35 UMKM, petani, dan nelayan yang berkolaborasi dengan platform digital. Untuk UMKM yang sudah berdagang secara daring sendiri mencapai 9,61 juta terhitung sejak 2017 hingga 2018.