Pengungsi Rohingya di Bangladesh melakukan aksi bungkam untuk memperingati tahun ketiga bentrokan antara pemberontak dengan paskan keamanan Myanmar yang memicu eksodus besar-besaran kelompok minoritas itu ke negara tetangga.
Lebih dari 1 juta warga Rohingya tinggal di pemukiman pengungsi terbesar di dunia di Bangladesh selatan, dengan sedikit kemungkinan untuk kembali ke Myanmar, di mana mereka sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan dan hak-hak lainnya.
Baca Juga: Amnesty International Desak Malaysia Bebaskan Pengungsi Rohingya
Tiga tahun lalu, pemberontak Rohingya menggerebek 30 pos polisi dan pangkalan militer di Negara Bagian Rakhine Myanmar, menewaskan sedikitnya 12 anggota pasukan keamanan.
Sebagai aksi balasan, militer Myanmar melakukan tindak kekerasan yang memaksa 730.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, bergabung dengan lebih dari 200.000 yang sudah ada di sana.
Para pengungsi mengatakan bahwa karena virus Corona baru mereka tidak akan mengadakan pertemuan massal untuk menandai apa yang mereka sebut "Hari Peringatan". Pihak berwenang mengatakan 88 kasus virus Corona baru telah ditemukan di kamp-kamp tersebut dan enam orang telah meninggal.
"Kami diusir secara paksa dari tanah air kami ke kamp pengungsi terbesar di dunia," kata kelompok Rohingya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Selasa (25/8/2020).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: