Usaha studio tato kian menggeliat seiring makin banyaknya masyarakat yang suka menggambari tubuhnya. seniman tato andal, Hendric Shinigami mengamini hal tersebut.
"Penggemarnya semakin banyak tiap tahunnya," kata Hendric. Menurutnya, beberapa konsumen ingin menato tubuhnya karena ikut-ikutan teman. Atau memang mereka benar-benar suka dengan seni tato.
Ketua MPR RI mengungkapkan pada dasarnya budaya tato telah lama mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Setidaknya ada tiga suku yang memiliki kearifan lokal mentato tubuhnya, antara lain Suku Mentawai, Suku Dayak, dan Suku Moi.
Baca Juga: Petugas-Bapaslon Terpapar Covid-19, Bamsoet Cemas Pilkada Jadi...
Baca Juga: Bukan BLT, Buruh Menjerit Pengen Naik Gaji Pak Jokowi!
Bahkan tradisi mentato tubuh di Suku Mentawai termasuk yang tertua di dunia. Dimulai sejak 53 tahun sebelum masehi (53 tahun SM). Sebagian besar suku mentato tubuhnya sebagai bagian dari peribadatan serta penanda status sosial di kelompok masyarakat.
"Di dekade 1980-an, tato terdegradasi menjadi simbol kriminalitas lantaran banyaknya penjahat yang bertato. Bahkan pernah geger kehadiran Petrus (penembak misterius) yang menyasar orang-orang bertato. Seiring berjalannya waktu, image tersebut luntur."
"Tato kini menjadi bagian dari seni dan gaya hidup. Banyak orang mentato tubuhnya untuk menegaskan sebuah prinsip hidup. Namun sebagai muslim, dalam ajaran agama saya, tato dilarang," ujar Bamsoet usai nge-vlog bersama raja Tato Indonesia Hendric Shinigami untuk konten akun Youtube Bamsoet Channel, di Kawasan Kelapa Gading Jakarta, Minggu (6/9/2020).
Bamsoet sengaja kali ini mengangkat tema bisnis tato di tengah pandemi Covid-19, dan mencoba mendalaminya mengapa banyak kalangan suka tubuhnya di tato. Pandemi Covid-19 ternyata tidak terlampau mengefek bagi bisnis gambar tubuh ini. Paling tidak dari penjelasan Hendric, konsumennya sudah antre hingga akhir tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: