Kehadiran kelapa sawit dengan keunggulannya melahirkan pro dan kontra baik di sejumlah negara maupun stakeholders dengan kepentingan tertentu. Ibarat ilmu padi, makin berisi makin merunduk, potensi kelapa sawit yang makin menonjol melalui inovasi-inovasi di bidang oleofood, oleochemical, hingga sumber energi terbarukan menjadikan posisinya masih saja disentil oleh sekelompok pihak antisawit.
Sadar atau tidak, mereka yang menyerang kelapa sawit justru ikut serta menikmati manisnya berbagai produk oleofood yang diolah dari minyak kelapa sawit. Mungkin masih banyak masyarakat Indonesia yang jika mendengar kata kelapa sawit, hanya menganggap minyak goreng saja sebagai produk turunannya.
Baca Juga: Zero Waste Sawit: Value Added dari Limbah Pemurnian Minyak Goreng
Minyak goreng menjadi salah satu produk pangan olahan dari minyak sawit yang telah banyak dikenal dan dikonsumsi baik oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat global. Bahkan bagi masyarakat Indonesia, minyak goreng termasuk ke dalam salah satu bahan pangan dasar atau Sembako (Sembilan Bahan Pokok). Besarnya konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia karena eating habit konsumen yang lebih menyukai makanan yang melalui proses penggorengan (deep frying).
Namun, satu hal yang perlu dipahami, dicamkan, dan dimaknai, produk yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit sebagai bahan baku pangan tidak hanya minyak goreng, tetapi sangat bervariasi. Secara global, lebih dari 50 persen minyak sawit dialokasikan sebagai campuran produk olahan pangan.
Mengutip laporan Palm Oil Indonesia, "Minyak sawit memiliki banyak keunggulan sebagai bahan baku produk pangan baik dari karakteristiknya (tahan panas, tidak mudah teroksidasi, tidak berbau, dan tidak ada rasa), harga yang relatif murah hingga kandungan nutrisinya yang tinggi."
Sejumlah produk pangan olahan seperti margarin, shortening, vanasphati ghee, confectioneries fat, filling/cream, spread fat, filled milk, Cocoa Butter Alternatives/Substitute, biskuit, mie, roti, ice cream, butter, youghurt, keju, substitusi lemak ASI, dan berbagai produk emulsifier lainnya dihasilkan dari minyak sawit. Tidak hanya itu, petani sawit di daerah sentra juga telah berinovasi dengan memproduksi gula merah dari batang kelapa sawit yang telah ditebang.
Karakteristik minyak sawit yang digemari industri pangan serta kandungan gizi dan nutrisinya yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh menjadi alasan kuat dalam pengaplikasian minyak sawit tersebut. Hasil penelitian para ahli di dunia menunjukkan bahwa minyak sawit merupakan minyak nabati yang sehat dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang relatif seimbang dan sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Selain itu, minyak sawit juga tidak mengandung lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan. Tingginya kandungan vitamin A, vitamin E, dan zat antioksidan lainnya dalam minyak sawit memiliki manfaat untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Minyak sawit juga mengandung asam palmitat yang berperan penting dalam memberikan perlindungan terhadap paru-paru. Besarnya kandungan nutrisi dan gizi yang terkandung dalam minyak sawit berpotensi tidak hanya dapat dijadikan sebagai produk pangan, tetapi minyak sawit juga dapat menghasilkan produk micronutrient dan vitamin, misalnya fortifikan vitamin A.
Dalam laporan Palm Oil Indonesia dikatakan, "Jika dikaitkan dengan SDGs sebagai platform pembangunan global, peran minyak sawit dalam bidang pangan juga menunjukkan kontribusi industri minyak sawit sebagai aktor dalam pencapaian salah satu tujuan yaitu SDGs-2, yakni penghapusan kelaparan, perbaikan gizi, dan pertanian berkelanjutan."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: