AS Tuding Komunis China sebagai Ancaman Terbesar Kebebasan Beragama
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo menyebut Partai Komunis China atau CCP, yang merupakan partai yang berkuasa di negara tersebut, sebagai ancaman terbesar bagi kebebasan beragama. Hal itu disampaikan Pompeo saat berbicara di forum yang digelar oleh GP Ansor.
Dalam pernyataannya, Pompeo awalnya menyerukan para pemimpin agama untuk angkat bicara dan membela mereka yang hak-haknya dilanggar, khususnya dalam kebebasan beragama. Dia kemudian mencontohkan pelanggaran yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap etnis Rohingya dan pemerintah Iran terhadap kelompok minoritas.
Namun, Pompeo mengatakan ancaman sebenarnya terhadap kebebasan beragama datang dari China. Dia secara khusus menyebut ancaman itu datang dari CCP, sebagai partai berkuasa di Negeri Tirai Bambu itu.
Baca Juga: Negeri Paman Sam Siap Sokong Proyek Infrastruktur RI Senilai US$327 M
"Sebenarnya ancaman terbesar bagi masa depan kebebasan beragama adalah CCP terhadap orang-orang dari semua agama. CCP yang ateis berusaha meyakinkan dunia bahwa plularitasi Muslim Uighur di Xinjiang diperlukan sebagai bagian dari upaya anti-terorisme mereka, pengentasan kemiskinan, tergantung pada dengan siapa mereka berbicara," ucap Pompeo pada Kamis (29/10/2020).
"Tapi tahukah Anda, kami tahu, tidak ada pembenaran dalam upaya kontra terorisme untuk memaksa Muslim Uighur makan babi selama Ramadhan atau menghancurkan pemakaman Muslim. Tidak ada justifikasi pengentasan kemiskinan untuk memaksa sterilisasi, mengambil anak dari orang tuanya, untuk dididik kembali di sekolah asrama," sambungnya.
Pompeo lalu mengatakan, dia tahu bahwa ada pejabat CCP yang mencoba meyakinkan Indonesia untuk berpaling dari apa yang terjadi di Xinjiang, dengan berbagai alasan dan cerita yang mereka buat.
"Saya tahu pejabat CPP menceritakan kisah fantastis tentang Uighur yang bahagia yang tak peduli identitas agama dan budaya etnis untuk menjadi lebih modern, dan menikmati perkembangan yang dipimpin oleh mereka," ungkapnya.
Baca Juga: Musuh Bebuyutan China Dukung Kedaulatan Indonesia di Laut Natuna
"Saya hanya meminta Anda untuk melakukan ini, lihat kedalam hati Anda, lihat fakta, dengarkan kisah para penyintas dan keluarga mereka. Pikirkan tentang yang Anda tahu bagaimana pemerintah otoriter memperlakukan mereka yang menolak aturan," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: