Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

CIPS Ungkap Pandemi Tunjukkan Ketimpangan Akses TIK, Mempersulit Peningkatan Kualitas Pendidikan

CIPS Ungkap Pandemi Tunjukkan Ketimpangan Akses TIK, Mempersulit Peningkatan Kualitas Pendidikan Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa sebanyak 53,55% guru mengalami kesulitan dalam melakukan manajemen kelas selama BDR. Selain itu, meskipun pemerintah mengklaim telah melakukan berbagai pelatihan Information and Communication Technologies (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kepada guru, sebanyak 48,45% guru mengaku masih kesulitan dalam menggunakan teknologi selama BDR. 

Belajar dari hal ini, kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim tersebut sudah memberikan intervensi jangka pendek berupa penguatan kompetensi guru di era pandemi melalui berbagai webinar daring. Akan tetapi, intervensi jangka panjang berupa evaluasi menyeluruh dan revisi terhadap konten pelatihan guru perlu dilakukan untuk menjamin bahwa salah satu output-nya adalah kemampuan baik guru dalam menggunakan perangkat teknologi.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan ketimpangan akses ini, salah satunya adalah dengan mendistribusikan kuota internet gratis untuk keperluan BDR kepada guru, dosen dan peserta didik. Kebijakan ini diapresiasi dengan sangat baik oleh masyarakat. Akan tetapi kita juga melihat bahwa masih banyak peserta didik yang tidak menerima dampak dari kebijakan ini dikarenakan daerah mereka belum terjamah jaringan internet.

Pada tahun ini, komponen subsidi dan peningkatan akses pendidikan tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah sebagai bentuk respon dari pandemi. Pemerintah menganggarkan dana pendidikan tahun 2021 sebesar 550 triliun, meningkat dari yang sebelumnya hanya sebesar 547,8 triliun Dari anggaran tersebut, sebanyak 299 triliun merupakan dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang banyak digunakan untuk mendukung program ketersediaan akses dan digitalisasi pendidikan.

Pentingnya penguasaan TIK tidak lepas dari, salah satunya, kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan sebagai respon atas pandemi Covid-19. Namun demikian, durasi PJJ yang telah berjalan selama berbulan-bulan telah dikaji oleh banyak pihak. Banyak dari kajian tersebut juga menyatakan bahwa PJJ berdampak pada penurunan kemampuan belajar para siswa dan berkontribusi pada meningkatnya angka putus sekolah.

Meskipun pemerintah sudah memberikan kebebasan bagi daerah berstatus zona kuning dan zona hijau untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan untuk meminimalisir risiko tersebut, namun hingga saat ini belum ada kemajuan terhadap penurunan kasus Covid-19 di Indonesia. Pemerintah perlu menyadari bahwa kebijakan paling penting untuk menolong sektor pendidikan di Indonesia saat ini adalah dengan menekan angka penularan kasus Covid-19. Tanpa adanya kesatuan kebijakan dan program yang efektif, akan sangat sulit untuk kembali mengadakan pembelajaran seperti sedia kala. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: