"Kalau sudah pakai sensor nggak ada yang bohong, nggak pakai feeling, tanaman itu bukan mandi air lagi, kan biasanya digenang. Jadi IoT ini yang mentransfer komunikasi kita dengan tanaman, untuk berkomunikasi yang tadinya secara visual dilihat sekarang menggunakan sensor," tambahnya
Dia menilai, regenerasi petani saat ini merupakan keniscayaan karena menjadi stimulus dalam meningkatkan perekonomian. Terlebih, pertanian merupakan sektor yang tak terdampak pandemi COVID-19. Tidak hanya itu, peningkatan kualitas komoditas pertanian akan terukur.
"Makannya harus anak muda, karena kontrolnya sudah kontrol gadget, umurnya 19 sampai 39 tahun fasih menggunakan perangkat ini. Contoh, tanahnya atau tanamannya kering dan harus lembab, nanti nyala panelnya, ini bisa pake gadget atau PC. Saat kita di luar kota sensor tetap terhubung, nanti ketahuan, terpantau airnya kurang tinggal pencet. Kaya realtime juga, sensornya ke tanah," katanya.
Sedangkan untuk pembiayaan, lanjut Dadan, peran investor dibutuhkan dalam memaksimalkan hasil 5 ribu petani milenial. Pasalnya, para petani yang saat ini masih produktif masih memerlukan bantuan fasilitas secara konvensional.
Dadan mengaku memang membutuhkan investasi yang tidak sedikit dalam pengadaan perangkat ini. Pasalnya, investasinya di luar screen house mencapaai Rp80 juta hanya untuk alat sensor, pipa, panel - panel, karena diyakini ini sangat efisien meningkatkan hasil produksi.
"Tadinya kita akan replikasi ke screen house lain. Cuman sayang, dananya kena pengamanan COVID-19 dulu," imbuhnya.
"Sebetulnya penggunaan teknologi kalau direplikasi sudah bisa dibuktikan bahwa teknologi ini menguntungkan, perlu dikembangkan, tapi perlu investasi,"tegasnya
"Yang kita uruskan pertanian rakyat, para petani yang notabene perlu dibantu fasilitas pemerintah, (IoT) yang sekarang kita kembangkan baru di Balai Pengembangan benih kentang. Tapi kalau petani memiliki investor ingin mengembangkan itu kita siap, ini loh yang sudah kita kerjakan jadi kita membuat mode - model pengembangan," pungkasnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menargetkan 5 ribu petani milenial untuk percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 dengan skema mendapat fasilitas lahan kosong dengan ketentuan menanam komoditas yang dibutuhkan pemerintah. Bahkan, komoditas tersebut dibeli untuk kebutuhan ekspor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: