Ngeri Dibakar, Taiwan Perintahkan Bisnis-bisnis di Myanmar Kibarkan Bendera
Kedubes menggambarkan situasinya sangat parah. Namun mereka tak menyinggung soal kekerasan yang dilakukan militer Myanmar terhadap demonstran.
“China mendesak Myanmar mengambil langkah lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum, dan menjamin keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan staf warga China di Myanmar,” bunyi pernyataan Kedubes China, dikutip Reuters, kemarin.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembakaran pabrik-pabrik tersebut. Sentimen anti China meningkat sejak kudeta yang menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan.
Kawasan industri di Hlaing Thaya didominasi pabrik garmen. Sebagai kota industri, Hlaing Thaya dihuni banyak pekerja migran dari berbagai kota di Myanmar.
Stasiun televisi Myawadday yang dikelola militer melaporkan, pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen serta pabrik pupuk dibakar dengan sengaja oleh orang tak dikenal.
Setelah itu, sekitar 2.000 orang memblokade kendaraan pemadam kebakaran yang hendak memadamkannya. Sejauh ini militer enggan memberikan komentar terkait kejadian tersebut.
Dokter Sasa, perwakilan anggota parlemen yang dikudeta, menyuarakan solidaritas terhadap warga Hlaing Thaya.
“Para pelaku, penyerang, musuh rakyat Myanmar, serta SAC (Dewan Administrasi Negara sebutan rezim militer) yang jahat akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap tetes darah yang tumpah,” tegasnya.
Berdasarkan data AAPP, dengan 39 korban tewas ini, jumlah total kematian dalam unjuk rasa menentang kudeta Myanmar menjadi 126 orang. Serta lebih dari 2.150 orang ditahan, sebanyak 300 di antaranya telah dibebaskan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: