Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Kekuatan Listrik Tepco Tidak Sekuat Pesaingnya untuk Alirkan Keuntungan

Kisah Perusahaan Raksasa: Kekuatan Listrik Tepco Tidak Sekuat Pesaingnya untuk Alirkan Keuntungan Tokyo Electric Power Company Holdings Incorporated. | Kredit Foto: Reuters/Nikkei Montage
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tokyo Electric Power Company Holdings Inc yang juga dikenal sebagai Tepco adalah perusahaan induk utilitas listrik Jepang yang melayani sejumlah wilayah negeri Sakura. Perusahaan listrik swasta Jepang itu telah membawahi pelayanan penyediaan tenaga listrik daerah, sehingga korporasi ini menjadi salah satu perusahaan raksasa menurut Fortune Global 500.

Pada 2020 Fortune mencatat kunci finansial perusahaan Tepco dalam Global 500. Tepco sukses mengantongi 57,40 miliar dolar AS sebagai hasil penjualan di tahun itu. Dengan perolehan ini, perusahaan dalam Global 500 sukses menempati peringkat ke-188 dunia.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: CNMB Gak Cuma Cuan, Bisnis BUMN China Ini Juga Makin Mengglobal

Sementara itu, Tepco terpaksa merugi hingga 77,8 persen. Dengan laba 466 juta dolar AS yang didapat tahun itu, bisa menandakan kondisi perusahaan tidak sedikit sehat. Dan yang terakhir, aset yang dikelola perusahaan sebesar 110,64 miliar dolar AS.

Sedikit pengantar singkat ini akan membawa penjelasan lebih lanjut para artikel ringkas tentang kisah perusahaan raksasa Tepco. Simak selengkapnya tulisan di bawah ini yang disusun oleh Warta Ekonomi pada Senin (24/5/2021).

Sebagai pengantar, sektor kelistrikan Jepang dinasionalisasi untuk pertama kali tahun 1939. Di tahun 1951, perusahaan mulai diprivatisasi atas perintah pasukan Amerika Serikat (AS)/sekutu. Tahun 1950 juga menandai waktu berdirinya industri tenaga listrik Jepang yang dipegang swasta setelah bertahun-tahun dimonopoli pemerintah.

Tujuan utama perusahaan Tepco berdiri adalah untuk memfasilitasi pemulihan yang cepat dari kehancuran infrastruktur Perang Dunia II. Di awal-awal masa pemulihan Agustus 1946, peralatan yang bertahan di sekitar 20 pembangkit listrik tenaga panas.

Setelah masa pemulihan, perusahaan harus meningkatkan kapasitas pasokannya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi negara yang pesat dengan mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan jaringan transmisi yang lebih efisien. 

Namun sejak Juni 1950 atau selama Perang Korea, sejak awal Tepco memainkan peran utama dalam memasok listrik ke Jepang. Tepco mengandalkan daya yang ditransfer dari stasiun pembangkit listrik tenaga air.

Studi tentang potensi tenaga nuklir dimulai sejak 1954, meskipun Jepang sama mandinya dengan bijih uranium seperti halnya minyak. Laboratorium penelitian TEPCO mulai menjajaki tenaga nuklir pada tahun 1955, sebelum pengesahan pada bulan Desember tahun itu Undang-Undang Dasar Energi Atom untuk memandu industri.

Sebuah entitas terpisah, Perusahaan Tenaga Atom Jepang (Japan Atomic Power Company), menyusul pada November 1957. Tepco dapat mengoordinasikan masa depan nuklirnya melalui organisasi ini dan organisasi pelengkap lainnya. 

Pada 1960-an dan 1970-an, perusahaan menghadapi tantangan peningkatan pencemaran lingkungan dan guncangan minyak. Tepco mulai menangani masalah lingkungan melalui perluasan jaringan pembangkit listrik berbahan bakar LNG serta ketergantungan yang lebih besar pada pembangkit listrik tenaga nuklir. 

Kemakmuran tahun 1960-an membawa perkembangan peralatan listrik rumah tangga dan AC. Musim permintaan puncak Tepco bergeser dari musim dingin ke musim panas, dan wilayah Tokyo membutuhkan lebih banyak tenaga tambahan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: