Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Simak Betul-betul Sejarah Ini! Kelompok yang Sebar Teror Pertama Kali Ternyata dari Yahudi...

Simak Betul-betul Sejarah Ini! Kelompok yang Sebar Teror Pertama Kali Ternyata dari Yahudi... Kredit Foto: Twitter/@TimesofIsrael
Warta Ekonomi, Yerusalem -

Terorisme bukan monopoli satu kelompok agama atau ras tertentu. Terorisme pernah dilakukan oleh manusia dari berbagai agama dan latar belakang budaya.

Isu terorisme tiba-tiba menggaung hebat setelah serangan 11 September 2001. Peristiwa ini menjungkirbalikkan seluruh narasi tentang terorisme. Serangan terhadap WTC dan Pentagon menegaskan terorisme telah memperoleh wajah baru. Islam serta-merta menjadi pihak yang dicurigai.

Baca Juga: Menyimak Respons Jerman atas Pembangunan Permukiman Ilegal Yahudi Israel

Gerard Chaliand dan Arnauld Blin dalam The History of Terrorism From Antiquity to Al Qaeda menuturkan, salah satu kelompok yang pertama-tama ditandai mempunyai karakteristik teror pada zaman kuno adalah Zealot Yahudi. Zealot, yang eksis pada awal abad pertama Masehi ini, berawal dari kelompok pergerakan politik Yahudi.

Mereka juga dikenal sebagai 'sicarii' atau 'dagger-men' (manusia belati). Disebut sicarii, lantaran orang-orang Yahudi ini melancarkan aksi dengan senjata tajam yang disebut sica, sejenis pisau pendek yang disembunyikan di balik jubah mereka.

Kelompok ini menciptakan teror bawah tanah dengan cara membunuh pasukan pendudukan Romawi serta setiap orang Yahudi yang dirasa telah bekerja sama dengan Romawi. Motifnya didasari oleh keyakinan bahwa kaum Yahudi tidak bisa tetap setia pada perintah-perintah agama Yahudi selama menjadi bagian dari Romawi. Pusat kelompok ini terdapat di Yerusalem.

Pada abad ke-11 hingga 13 M, muncul kelompok lain yang menunjukkan karakter teroris. Assasin (The Order of the Assassins) adalah sebuah faksi sempalan dari Syiah Ismailiyah Nizari yang dipimpin Hassan Sabbah.

Cikal bakal Assassin berasal dari pegunungan Alamut di bagian utara Iran. Kelompok ini mencegah pertempuran terbuka. Mereka menjalankan aksi dengan taktik pembunuhan diam-diam untuk secara langsung menargetkan pemimpin musuh.

Dalam banyak kasus, aksi ini dilakukan dengan mengorbankan nyawa pelaku teror. Para pengikut Assassin dikenal memiliki ketaatan luar biasa terhadap doktrin pemimpin mereka. Korban pertama kelompok ini adalah wazir terpenting dari Dinasti Seljuk, Nizham al-Mulk. Kebanyakan target kelompok ini berasal dari penguasa politik Dinasti Abbasiyah dan Seljuk.

Kendati Zealot dan Assassin melancarkan aksi pada awal Masehi, mereka mewariskan karakteristik bagi kelompok teroris modern. Pertama, sebagai cikal bakal teroris modern dalam aspek motif, organisasi, sasaran, dan tujuan.

Kedua, fakta bahwa keduanya masih diingat hingga ratusan tahun kemudian menunjukkan dampak psikologis mendalam yang ditimbulkan kelompok ini. Kata Assassin bahkan digunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut pembunuh. Akan tetapi, hingga masa itu, istilah 'teroris' dan atau 'terorisme' belum dikenal.

Istilah 'teroris' dan 'terorisme' pertama kali muncul pada masa Revolusi Prancis 1789. Penggunaan kata terorisme pada 1795 mengacu pada 'pemerintahan teror' yang diprakarsai oleh kaum revolusioner. Para agen keamanan yang memberlakukan kebijakan teror disebut teroris.

Professor Adam Roberts dalam The Changing Faces of Terrorism menjelaskan, pada tahun-tahun awal revolusi, sebagian besar aksi kekerasan dilakukan Pemerintah Paris untuk memaksakan peraturan baru kepada warga.

Makna pertama dari kata 'terorisme', sebagaimana dicatat oleh Académie Française pada 1789 adalah 'sistem atau aturan teror'. Ini mengingatkan kita akan sisi lain teror yang acapkali juga digunakan pemerintah kepada warga negara mereka.

Selama abad ke-19, terorisme mengalami transformasi yang menentukan. Terorisme mulai dihubungkan, dan sampai hari ini, dengan kelompok-kelompok nonpemerintah. Salah satu kelompok revolusioner Rusia "Narodnaya Volya" pada 1878-1881 menggunakan kata teroris dengan bangga.

Mereka mengembangkan ide-ide tertentu yang menjadi ciri khas gerakan teroris berikutnya di banyak negara. Mereka percaya bahwa strategi pembunuhan yang ditargetkan terhadap pemimpin akan memicu gerakan revolusioner.

Kelompok ini berjuang melawan rezim Tsar yang dianggap tidak becus. Meski berhasil melakukan pembunuhan terhadap Tsar Alexander II pada 13 Maret 1881, mereka gagal menimbulkan efek revolusioner.

Selama beberapa dekade kemudian, terorisme terutama berkaitan dengan pembunuhan para pemimpin politik dan kepala negara. Tetapi, setelah Perang Dunia II, definisi terorisme meluas. Nasionalisme mulai menguat.

Beberapa kelompok memilih teror sebagai metode untuk melakukan perjuangan. Di beberapa koloni Eropa, gerakan terorisme dikembangkan dengan dua tujuan yang berbeda.

Pertama, sebagai sarana perjuangan kemerdekaan untuk mengusir kekuatan kolonial. Kedua, mengintimidasi penduduk pribumi supaya mendukung klaim kepemimpinan kelompok tertentu pascakolonial.

Ada aksi teror yang menargetkan pemimpin politik, ada pula yang menargetkan warga sipil untuk menciptakan ketakutan. Di beberapa negara, kelompok ini menghasilkan keberhasilan mencolok, seperti pembunuhan kepala negara Rusia, Prancis, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: