Dahlan Iskan Takjub! Tanaman Porang Ternyata Tak Hanya untuk Shirataki!
Kiat-kiat ini pun terus ditanamkan ke anak-cucunya. Bahkan, Johan juga mengajarkan ke karyawan agar berani 'beda dari yang lain' agar menjadi trademark baru di dunia.
Lebih lanjut, Johan bercerita bahwa ia bergabung dengan perusahaan pada tahun 2002, setelah kembali dari kuliah di Jepang. Saat itu, Johan mengambil bahan baku dari petani dan pengepul tanaman porang.
Saat itu, tanaman masih semi-liar, misalnya muncul di hutan lalu diambil, dan dikumpulkan. Hingga 3-4 tahun lalu, belum ada petani yang membudidayakan tanaman porang.
Terlebih, pada saat perusahaan baru didirikan oleh kakek Johan. Kakeknya mengumpulkan tanaman dari seluruh pulau jawa yang kemudian dipilih kembali.
Untuk diketahui, tanaman porang ini mirip dengan tanaman iles-iles dan suwek. Namun, tanaman porang apabila dimakan langsung dapat menyebabkan gatal.
Karena itulah, Johan mengungkap bahwa jenis tanaman porang di China, Jepang dan Indonesia berbeda. Namun, penelitian terkait tanaman porang di Jepang sudah ada sejak 300 tahun lalu.
Zaman dahulu di Jepang, memakan porang sangat simpel yakni dengan mengasah porang, lalu dikasih abu dari pembakaran kayu, kemudian diaduk sampai agak mengental, barulah diberi garam dan dimakan. Abu yang digunakan bermanfaat untuk menghilangkan efek gatal dari porang. Dan makanan ini digunakan sebagai pencuci perut setiap kali orang Jepang usai berpesta.
Tetapi, Johan mengatakan bahwa makan porang secara langsung bisa berbahaya karena masih ada zat racun yang bisa merusak ginjal. Karena itu, Johan mengungkap butuh 15 tahun lamanya untuk memastikan tepung porang buatan pabriknya berkualitas baik. Bahkan, dengan kualitas untuk diekspor ke Eropa, baru berhasil dibuat dalam empat tahun terakhir ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: