Audiens Indonesia Disebut Toleran terhadap Iklan, OTT Dinilai jadi Peluang bagi Pengiklan
Audiens Indonesia disebut menjadi kelompok yang paling toleran terhadap iklan di kawasan Asia Tenggara. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah audiens Indonesia yang bersedia membayar untuk berlangganan platform TV streaming (over-the-top/OTT) kendati pun konsumsinya meningkat cepat.
Berdasarkan penelitian The Trade Desk dan Kantar, 95% penonton OTT bersedia untuk menonton iklan demi menonton konten secara gratis. Dari jumlah tersebut, 9 dari 10 bersedia menerima dua atau lebih iklan per jam demi konten gratis.
Baca Juga: Iklan Kripto Menjamur di Transportasi, Anggota Majelis London Ambil Tindakan
"Ini membuat konsumen Indonesia menjadi konsumen yang paling toleran terhadap iklan [di kawasan Asia Tenggara]," kata Florencia Eka, Country Manager Indonesia The Trade Desk, dalam sesi media briefing yang digelar secara virtual, Rabu (24/11/2021).
Padahal, jumlah penonton OTT di Indonesia menyentuh angka 66 juta orang dengan rata-rata menyaksikan 3 miliar jam konten OTT setiap bulan. Hal ini menunjukkan adanya peluang signifikan bagi pengiklan memanfaatkan OTT untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Terlebih, terdapat sejumlah keunggulan yang dimiliki OTT dalam menayangkan iklan. Misalnya, pengiklan dapat mengaplikasikan data pada strategi beriklan di platform OTT dan mendapatkan insight kampanye lebih mendalam dengan menggunakan metrik yang benar-benar dibutuhkan, mulai dari brand lift insight, ad engagement rates, hingga jumlah penjualan dan pengunjung.
Selain itu, OTT juga memberikan ruang bagi pengiklan untuk mengontrol frekuensi iklannya. Pengiklan dapat mengatur batasan frekuensi di berbagai saluran media, mulai dari situs web hingga aplikasi mobile, streaming music, serta platform OTT.
Pembatasan frekuensi secara real-time ini dapat memberikan pengalaman yang lebih positif bagi audiens dan juga lebih efektif dari segi anggaran.
Iklan di platform OTT juga dapat membantu pengiklan menjangkau audiens secara lebih efektif. Saat ini audiens diberikan berbagai macam pilihan OTT dan 82% penonton OTT menggunakan lebih dari satu platform OTT.
"Tahun lalu kita telah melihat bagaimana pengiklan Indonesia semakin meningkatkan anggaran digital marketing mereka di platform OTT karena adanya lonjakan jumlah penonton OTT. Hal penting yang perlu diingat adalah penonton menyaksikan konten di lebih dari satu platform OTT," ujar Florencia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: