"Nasdem? Surya Paloh sudah trauma berkoalisi dengan PDIP. Bukankah Ganjar tidak dicalonkan dari PDIP? Benar! Begini cara berpikirnya. Kalau Ganjar keluar dari PDIP, lalu dicalonkan partai lain. Misal menang. Dan saat itu jika PDIP jadi partai pemenang, apakah Ganjar gak kembali ke pangkuan PDIP? Seperti Sandiaga Uno kembali ke Gerindra setelah sebentar di PAN. Atau Haji Lulung balik ke PPP setelah Hijrah ke partainya Zulkifli Hasan. Kalau Ganjar gak balik, repot urusannya di DPR,"
Memang, siapa nanti yang akan menang terkait perseteruan di partai Demokrat akan ikut menentukan dinamika politik di 2024, termasuk nasib Ganjar.
Nasdem, khususnya Surya Paloh, nampaknya condong ke Anies. Kalkulasi politik Surya Paloh biasanya jitu. Politisi kawakan ini memiliki kemampuan untuk membaca arah kemenangan. Dalam hal ini, terbaca bahwa Surya Paloh akan ke Anies. Mungkin pertimbangannya, Anies potensial untuk menang. \
Di mata Surya Paloh, Anies punya banyak "kontens" sebagai syarat untuk menang di Pilpres 2024. Pola berkokunikasi, cara mengurai gagasan, hasil karya, prestasi dan banyaknya penghargaan, hubungan dan performennya di mata dunia internasional, ini semua adalah bagian dari syarat-syarat kemenangan itu. Tetap, takdir Ilahi yang akan bicara, kata Pak Kiai.
Jika Jokowi jeli, maka pilihan mendukung Anies itu lebih rasional. Terkait dengan kebutuhan Jokowi untuk landing dengan aman dan elegan, Anies orang yang pandai menghormati dan memuliakan orang lain.
Merangkul itu watak yang selama ini selalu ditunjukkan oleh Anies. Intinya, mendukung Anies, Jokowi lebih aman dan nyaman ketika landing. Akses tetap dapat, dan ruang untuk mengawal karir anak dan menantunya tetap terbuka. Terutama jika Gibran ingin ikut berkompetisi di pilgub DKI, Jakarta mesti steril dari Anies dengan mendorongnya untuk nyapres.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: