Hasil penelitian awal menunjukkan walaupun varian Omicron dapat menular lebih cepat namun tingkat keparahannya lebih rendah jika dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Oleh karena itu, beberapa negara tetap membuka ekonominya dan memperketat protokol Kesehatan. Ekonomi pun masih tetap bergerak ke arah positif dan pasar saham emerging market masih atraktif.
Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Eri Kusnadi menyebutkan bahwa saat ini investor masih wait and see akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat (AS).
“Tingginya inflasi di AS membuat bank sentral AS, Federal Reserve, berubah pandangannya menjadi lebih hawkish dengan mempercepat pengurangan program pembelian obligasinya dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan lebih banyak pada tahun ini,” jelas Eri dalam acara diskusi online BizInsight yang diadakan Bank Commonwealth, hari ini.
Baca Juga: BEI Akui Pandemi Covid-19 Dongkrak Minat Investasi Masyarakat di Pasar Modal
Meski demikian, Eri melanjutkan, dalam menghadapi normalisasi kebijakan the Fed, kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan apa yang pernah terjadi pada tahun 2013 ketika the Fed juga melakukan pengetatan kebijakan moneter.
Neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2021 lalu selalu mencatatkan surplus sepanjang tahun, berbeda dengan tahun 2013 ketika Indonesia mencatatkan defisit perdagangan. Hal yang sama juga terjadi pada neraca transaksi berjalan Indonesia yang pada kuartal ketiga tahun lalu berhasil mencetak surplus.
Selain itu cadangan devisa Indonesia juga sudah jauh lebih besar, per Desember 2021 tercatat di kisaran USD 144,9 miliar.
“Dengan bekal fundamental yang cukup pada saat ini, kondisi ekonomi Indonesia diharapkan dapat jauh lebih stabil dalam menghadapi pengetatan kebijakan moneter AS ketimbang tahun 2013 lalu,” kata Eri.
Baca Juga: Investasi Indonesia Disebut Miliki Prospek yang Positif di 2022
Sementara itu, setelah berhasil membukukan kinerja positif pada tahun 2021, IHSG mengalami tekanan pada awal bulan pertama tahun baru ini. Melonjaknya imbal hasil obligasi AS akibat perubahan pandangan the Fed terhadap inflasi yang diikuti rencana pengetatatan moneter yang lebih agresif membuat volatilitas pasar saham baik global maupun domestik meningkat.
Namun, kondisi ini tidak memicu investor asing keluar dari pasar saham Indonesia. Hingga 19 Januari 2022, investor asing mencatatkan aksi beli bersih sekitar Rp 6,9 triliun. Hal ini menandakan bahwa pasar saham emerging market masih memberikan valuasi yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan pasar saham developed market.
Awal 2022, pemulihan ekonomi global sedikit terhambat akibat munculnya varian Omicron. Namun, beberapa negara membuat kebijakan yang membuka ekonominya untuk tumbuh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri