Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Denmark Temukan Subvarian Omicron yang Lebih Menular tapi Tidak Lebih Parah

Denmark Temukan Subvarian Omicron yang Lebih Menular tapi Tidak Lebih Parah Kredit Foto: Reuters/Ritzau Scanpix/Mads Claus Rasmussen
Warta Ekonomi, Copenhagen -

Menteri Kesehatan Denmark Magnus Heunicke mengatakan pada Rabu (26/1/2022) dalam pidato nasional bahwa ditemukan subvarian BA.2 dari varian virus corona Omicron, yang dominan di Denmark, tampak lebih menular daripada sub-garis keturunan BA.1 yang lebih umum

"Tidak ada bukti bahwa varian BA.2 menyebabkan lebih banyak penyakit, tetapi pasti lebih menular," kata Heunicke dalam konferensi pers, dilansir Reuters.

Baca Juga: Omicron Naik, Ganjar Minta Tidak Panik, Namun Tetap Waspada

Garis keturunan BA.1 saat ini menyumbang 98% dari semua kasus secara global tetapi di Denmark telah disingkirkan oleh BA.2, yang menjadi strain dominan pada minggu kedua Januari.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah menetapkan BA.2 sebagai varian yang sedang diselidiki, dengan mengatakan itu bisa memiliki keuntungan pertumbuhan. 

Perhitungan awal menunjukkan BA.2 bisa menjadi 1,5 kali lebih menular daripada BA.1, otoritas penyakit menular teratas Denmark, Statens Serum Institut (SSI), mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Rabu.

Namun, analisis awal oleh lembaga tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan risiko rawat inap untuk BA.2 dibandingkan dengan BA.1.

"Ada beberapa indikasi bahwa itu lebih menular, terutama untuk yang tidak divaksinasi, tetapi itu juga dapat menginfeksi orang yang telah divaksinasi ke tingkat yang lebih besar," kata direktur teknis SSI Tyra Grove Krause pada briefing.

Ini bisa berarti puncak epidemi Denmark akan memperpanjang sedikit lebih jauh ke Februari dari perkiraan sebelumnya, kata Krause.

Kasus BA.2 juga telah terdaftar di Inggris, Swedia dan Norwegia, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada di Denmark.

Denmark pada hari Rabu mengumumkan rencana untuk membatalkan pembatasan COVID-19 yang terakhir pada 1 Februari, negara terbaru di Eropa yang melakukannya meskipun jumlah infeksi harian tertinggi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: