- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
KOL Stories x David Noahl: Mau Investasi Apapun dan Berapapun, Kuncinyanya The Man Behind The Gun!
Mencapai kebebasan finansial (Financial Freedom) menjadi tujuan mayoritas orang di dunia, bebas melakukan apapun dan kapanpun pasti menjadi mimpi setiap orang. Kebebasan finansial pasti memiliki definisi yang berbeda-beda bagi setiap orang, ada yang ingin membeli rumah, pensiun dini, pendidikan untuk anak, memiliki banyak dana darurat dan lain sebagainya.
Dalam mencapai financial freedom banyak aspek yang harus kita lakukan, tidak hanya menabung, budgeting dan tracking pengeluaran dan pemasukan, tapi juga melakukan investasi yang dapat dilakukan agar semakin dekat dengan Financial freedom.
Baca Juga: KOL Stories x Antonny Suheri: Memanfaatkan Ilmu Bandarmology di Kala Kode Broker Tutup
Begitu banyaknya tujuan dan aspek keuangan yang perlu kita perhatikan, terkadang menjadi sulit untuk melihat keadaan keuangan kita secara menyeluruh. Terutama dalam mengevaluasi sudah seberapa jauh kita dari target finansial yang ingin dicapai.
Tidak sedikit juga orang masih bingung dengan cara terbaik dalam mengembangkan uangnya atau enggan berinvestasi karena bingung dengan begitu banyak pilihan di luar sana. Pilihan dan informasi yang ada belum tentu dapat menjawab atau malah mungkin tidak relevan dengan financial goals yang ingin dicapai oleh masing-masing individu.
Belum lagi, masalah modal. Kebanyakan berpikir untuk mendapatkan return besar harus memiliki modal yang besar pula. Hal tersebut pun semakin membuat kita terkadang berpikir kembali untuk melakukan investasi.
Tak dapat dipungkiri, hal-hal seperti ini dapat membuat perjalanan dalam mencapai tujuan finansial kita akan semakin lama dan sulit. Padahal, ada pepatah yang mengatakan bahwa semua hal yang ingin dicapai itu bergantung terhadap The Man Behind The Gun.
Warta Ekonomi melalui KOL Stories pun akan membahas hal tersebut dengan David Noahl yang merupakan Stock Trader & Investor sekaligus juga Founder & CEO dari perusahaan konsultasi investasi dan keuangan saham yakni, Fortuna Capital.
1. Boleh diceritakan pengalaman Mas David dalam mengelola keuangan yang membuat Mas David menjadi seorang trader dan investor sekaligus pengusaha seperti saat ini?
Perjalanan investasi ini dilakukan sejak 5 tahun yang lalu. Prosesnya panjang dan tidak sebentar. Mungkin kebanyakan orang bilang enak masih muda sudah sukses, punya mobil Mercy, apartemen mewah, aset miliaran dan lain-lain. Namun, mimpi ini dimulai di kos-kosan belakang kampus.
Selama lima tahun, banyak hal yang dipelajari meski dimulai dengan modal yang kecil. Di usia 16 tahun bahkan sempat minus saat mencoba berbisnis jual-beli ponsel karena tertipu. Sampai-sampai uang itu hanya tinggal Rp100 ribu tapi diputar dengan menjual nasi dan naget ke sekolah-sekolah. Tapi kalau mau sukses dan kaya raya, tidak bisa hanya jualan naget atau snack sekolah. Itulah mengapa belajar saham.
Adapun kali pertama mengenal saham itu pada tahun 2017 dengan belajar langsung bersama-sama orang di Amerika Serikat (AS). Dari situlah mulai belajar aset, instrumen investasi, saham dan lain sebagainya. Lihat saja orang-orang terkaya di dunia, mereka pasti punya saham. Seperti Bill Gates, Jeff Bezos dan Elon Musk, mereka bisa kaya raya seperti sekarang karena saham di perusahaannya terus naik.
Karena ingin menjadi orang kaya, yang harus dilakukan itu bukan meningkatkan gaya hidup atau menyombongkan apa yang dimiliki, tetapi harusnya membangun aset terlebih dahulu. Nah, aset yang paling cocok dibeli anak muda adalah saham, bukan properti yang bermodal besar dan sulit untuk dijual-beli. Jika sekarang sudah berinvestasi miliaran, dahulu saat belajar saham hanya dimulai dari Rp3-4 jutaan. Namun, karena fokus melipatgandakan aset, belajar bisnis dan lain sebagainya, itulah mengapa bisa sebesar sekarang. Dan belajarnya tidak singkat, sejak tahun 2016 alias saat baru berusia 15 tahun, awal masuk SMA.
2. Apa saja tantangan yang dihadapi ketika baru masuk ke dunia yang namanya investasi?
Tantangan terberatnya yang pertama konsistensi, yang kedua adalah orang-orang yang meragukan/meremehkan kita sebagai anak muda. Padahal dunia dibentuk oleh anak muda. Sebelum Apple sebesar sekarang, Steve Jobs muda memulai di garasinya. Sebelum Amazon sebesar sekarang, Jeff Bezos muda juga memulai di garasinya.
Konsistensi juga hal yang sulit, terlebih dengan munculnya NFT, Blockchain, Kripto dan lain sebagainya bikin terdistraksi. Tapi saham tetap menjadi hal yang utama dibahas di konten. Karena saham adalah yang saya bahas selama lima tahun terakhir.
Jadi, konsistensi dan tutup telinga adalah tantangan yang sulit dalam memulai saham ini. Biarkan orang-orang berbicara apa, mereka berhak, tetapi kita juga berhak untuk tutup telinga. Anak muda harus bisa memfilter apa yang mereka dengar.
3. Berbicara investasi, banyak yang berpandangan bahwa jika kita mau meraup cuan yang besar kita juga harus memiliki modal yang besar. Hal tersebut pun kerap menjadi batu sandungan. Memang benar ketika modal besar potensi cuan juga akan besar pula, namun resikonya juga besar. Dan seperti pepatah bilang kalau semua itu bergantung dengan The Man Behind The Gun. Kalau menurut pandangan Mas seperti apa?
Kita tidak bisa langsung kaya raya besok. Untuk mencapai Rp5 miliar perlu dimulai dari Rp500 ribu juga. Kebanyakan orang malu untuk memulai dari bawah, takut dicemooh dan diremehkan. Padahal, semua pebisnis/pengusaha/trader/investor sekalipun untuk mencapai Rp1 miliar pertama juga mencapai proses kecil-kecil dulu. Proses membangun kekayaan jika bisa dinikmati pasti terasa lebih menyenangkan dibandingkan dengan cuan yang didapatkan. Jika hanya memikirkan gengsi, gengsi tidak dapat memberi kita makan.
Hal yang harus dimiliki adalah never ending improvement dan growth mindset yakni orang-orang yang tidak langsung menyerah ketika menemukan masalah, tapi seharusnya mencari cara menyelesaikan masalah itu.
4. Nah untuk membentuk The Man Behind the Gun yang matang, bagaimana cara membangun mindset kesuksesan yang powerfull yang bukan hanya mau instan, yang kerap menyerang investor pemula?
Pertama adalah terus belajar. Tak harus dari buku, bisa dari artikel, mengikuti workshop, webinar, pokoknya dalam satu hari harus selalu belajar, harus dapat ilmu baru. Sekalipun berbincang dengan teman atau tukang parkir, semua itu bisa ada hal yang kita pelajari. Orang bijak adalah orang yang menyadari bahwa semua hal bisa dipelajari.
Kedua adalah sukses itu bukan di tujuan, tetapi di proses. Kalau pemikiran suksesnya hanya di materi, manusia tidak akan pernah merasa cukup. Yang harus dipahami adalah bagaimana prosesnya. Dan ketika sudah mencapai tujuan kesuksesan, intinya adalah saat itu kita menjadi orang yang seperti apa.
Manusia seharusnya mampu memahami rasa cukup, karena kebahagiaan itu bukan dari kemiskinan atau kekayaan, tapi dari memahami rasa cukup. Asalkan kita bisa menikmati proses mencapai kesuksesan itu, maka kita sudah sukses.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: