Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dr. Raymond R. Tjandrawinata: Dunia Harus Bersatu Menanggapi Krisis Ekonomi Global Pascapandemi

Dr. Raymond R. Tjandrawinata: Dunia Harus Bersatu Menanggapi Krisis Ekonomi Global Pascapandemi Kredit Foto: Dexa Group

Presiden Richard Nixon mengakhiri konvertibilitas emas ke dolar pada tahun 1971. Upaya ini mengarah langsung ke pertemuan puncak G6 pertama di Perancis pada tahun 1975, di mana para pemimpin negara-negara industri besar bersama-sama memutuskan untuk menemukan cara yang saling memperkuat dalam menghidupkan kembali ekonomi mereka yang sakit.

Kelompok tersebut, yang kemudian menjadi G7, terus memberikan struktur koordinasi yang longgar untuk kepentingan ekonomi Barat terkemuka saat ini. Lebih dari dua dekade G7 berlangsung relatif lancar. G20 kemudian lahir dari serangkaian krisis keuangan yang tidak stabil, termasuk krisis peso Meksiko 1994-1995, krisis keuangan Asia 1997-1998, dan keruntuhan mata uang Rusia 1998.

Baca Juga: Awas, Cara-cara Sri Lanka Terjerembap dalam Krisis Ekonomi Dapat Diambil Pelajaran

Pada saat itu, kekuatan ekonomi baru yang signifikan telah muncul dan hal ini diakui oleh pembentukan G20. Kelompok G20 termasuk Indonesia, India, Brasil, Rusia, Meksiko, dan Tiongkok. Seperti G7, G20 dimulai sebagai pertemuan rutin para menteri keuangan dan ditingkatkan menjadi pertemuan puncak para pemimpin tahunan selama krisis keuangan global 2008.

Di tengah krisis dan akibatnya, G20 menjadi titik fokus bagi upaya global untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi, membantu melejitkan ekonomi global melalui langkah-langkah stimulus terkoordinasi, bekerja untuk memperkuat regulasi keuangan, dan memperluas kapasitas pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF).

Yang pasti, upaya kooperatif semacam itu sepertinya jarang membuahkan hasil yang bersifat transformasional. Baik G7 maupun G20 tidak memiliki otoritas pengambilan keputusan, lebih berfungsi sebagai suatu wadah dan upaya untuk mendorong negara-negara agar mengambil kebijakan yang saling mendukung. Tujuan organisasi semacam itu seringkali bukan tentang mengembangkan skema besar untuk pemulihan, namun bertujuan lebih kearah penjagaan agar masalah dunia tidak bertambah buruk.

Baca Juga: Menkeu: Dana Perantara Keuangan Pandemi G20 Capai USD1,1 Miliar

Salah satu pencapaian utama G20 selama krisis keuangan global adalah persetujuan dari negara-negara anggota untuk menghindari respon proteksionis, yang akan memperburuk perlambatan global. Bahkan pencapaian sederhana seperti itu jauh lebih baik daripada negara-negara yang bekerja dengan tujuan yang saling bertentangan atau secara aktif merusak kepentingan ekonomi satu sama lain.

Jadi, jika WTO dibelenggu oleh konsensus dan jika G7 dan G20 tidak memiliki otoritas, kelompok atau badan apa yang mungkin akan naik untuk menyelamatkan krisis dunia saat ini?

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: