Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenali Risiko dan Penanganan Stunting, Keluarga Indonesia Wajib Tahu, Simak!

Kenali Risiko dan Penanganan Stunting, Keluarga Indonesia Wajib Tahu, Simak! Kredit Foto: BKKBN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah sukses dengan program Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) pada seri pertama dengan tema Kartu Kembang Anak dan seri kedua dengan tema Poster Penting Peduli Stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) hadir kembali dalam seri ketiga dengan mengusung tema Ibu Hamil yang dilaksanakan pada Kamis (30/6/22).

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana memaparkan bahwa pihaknya menggelar program tersebut dengan tujuan mempercepat penurunan stunting yang dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan anak.

Baca Juga: Pentingnya Edukasi Berkeluarga Sebelumnya Nikah, BKKBN: Stunting Bukan Hanya Soal Kemiskinan

"1000 hari pertama itu dihitung mulai dari pertemuan sel telur hingga lahir. Ada 280 hari atau 40 Minggu dalam kandungan dan 720 hari," kata Irma dalam keterangan tertulisnya yang diterima Warta Ekonomi, Jumat (1/7/22).

Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo memaparkan bahwa pada 1000 hari pertama kehidupan, perkembangan otak anak berada pada masa yang sangat pesat. Pada saat itu pula, kata Hasto, anak menentukan banyak hal bagi kehidupannya di masa depan.

"Sebelum 1000 HPK, kondisi otak masih terbuka dan proses perkembangan terjadi. 24 bulan kemudian atau pas dua tahun, ubun-ubun depan dan belakang menutup," kata Hasto.

Selain itu, kata Hasto, dalam 1000 hari pertama masa kehidupan anak memiliki kemampuan dasar perkembangan. Seandainya terganggu, lanjut Hasto, anak memiliki risiko terkena stunting.

Sementara itu, Public Health Enthusiast of Obstetric and Genecology Rumah Sakit Puri Cinere Dewi Ratih mengatakan bahwa dalam periode emas di 1000 hari pertama kehidupan, otak anak mengalami pertumbuhan yang pesat dengan memperhatikan tanggalan pada kalender mengenai 1000 hari pertama kehidupan.

"Kehamilan ber-impact pada masa depan. Ketika ibu hamil terkena pre-eklampsia atau darah tinggi, si ibu punya risiko bahkan setelah melahirkan berisiko darah tinggi kronis. Impact keturunannya si bayi, apabila perempuan akan berisiko darah tinggi pada saat dia hamil nantinya," kata Dewi.

Baca Juga: Usul Anies dan Ganjar Sulit Diwujudkan, Duet Pemersatu Bangsa Terus Dilawan, PDIP Lebih Support Puan

Sementara itu, berdasarkan hasil SSGI 2022, prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7 persen pada 2019, menjadi 24,4 persen. Kendati demikian, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3 persen menjadi 17 persen. Jika mengacu pada standar WHO, provinsi Bali memiliki status gizi terbaik dengan prevalensi stunting di bawah 20 persen dan wasting di bawah 5 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: