Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengejutkan! ACT Terindikasi Danai Kelompok Pemberontak Suriah, Pengamat Bongkar Hal Ini: Orang Pemerintah dan PBB Saja Tidak Bisa Masuk

Mengejutkan! ACT Terindikasi Danai Kelompok Pemberontak Suriah, Pengamat Bongkar Hal Ini: Orang Pemerintah dan PBB Saja Tidak Bisa Masuk Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Organisasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) diduga memiliki keterkaitan dengan kelompok pemberontak Suriah Free Syrian Army (FSA). Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Timur Tengah dari Universitas Padjadjaran Dina Sulaeman.

Sebelumnya, ACT memang menjadi perbincangan karena diduga terlibat penggelapan dana donasi. Dina pun menegaskan dua hal yang menjadi dasar pendapatnya ini.

Baca Juga: "Rendah dan Keji", Gak Habis Pikir Gimana ACT Berani Selewengkan Dana Bantuan Korban Lion Air

Pertama adalah klaim bantuan ACT ke wilayah bernama Ghouta, daerah yang berada sekira 450 kilometer dari Turki. Adapun perbatasan antara Turki dan Ghouta sendiri sudah dikuasai oleh pemerintah Suriah.

"ACT harusnya meminta izin kepada pemerintah Suriah dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Damaskus. Buktinya mereka tidak bekerja sama dengan KBRI dan tidak minta izin ke Damaskus, artinya dipertanyakan betul (donasinya) ke Ghouta atau tidak," ujar Dina dalam sebuah diskusi daring, Ahad (10/7/2022).

Di samping itu, ada klaim yang menyebut bahwa wilayah tersebut masih dikuasai oleh kelompok milisi teroris. Hal inilah yang dipertanyakan olehnya, mengingat ACT yang menyalurkan donasinya ke daerah tersebut.

Baca Juga: Tak Hanya Dana Umat, Baunya ACT Selewengkan Bantuan Korban Lion Air Juga, "Hati Nuraninya Kemana"

"Kalau mereka (ACT) bisa masuk Ghouta, izinnya ke kelompok ini dong? Apakah mereka (kelompok milisi) akan memberi izin kalau misalnya ACT bukan teman? Orang pemerintah dan PBB saja tidak bisa masuk," ujar Dina.

Kasus kedua adalah pengiriman donasi dari ACT ke perbatasan Turki lainnya yang bernama Idib. Padahal daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya Partai Islam Turkistan dan Uighur Tiongkok yang membuat gerakan bersenjata.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: