Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Salah Sasaran Perang Melawan Sampah Plastik

Salah Sasaran Perang Melawan Sampah Plastik Kredit Foto: Antara/Dedhez Anggara

Sebagai ilustrasi besarnya sampah plastik tak bernilai ekonomi yang berserak tanpa kontrol, bisa dilihat dari hasil brand audit yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat Sungai Watch di Bali, pada 2021.

Sungai Watch mempublikasikan 10 besar perusahaan yang produk dan kemasannya paling mencemari Bali, di antaranya Danone Aqua, Wings Surya, Orang Tua Group, Santos Jaya Abadi, Unilever, Indofood, Mayora Indah, Coca-cola, Garuda Food, dan Siantar Top.

Dua tahun berturut, Sungai Watch juga menyebut secara gamblang bahwa perusahaan yang paling banyak menyampah di Bali adalah Danone Aqua dengan total sampah plastik 27.486 item atau 12 persen dari total sampah plastik yang dianalisis.

Berdasarkan laporan Sungai Watch, sampah plastik Danone Aqua berasal dari sampah plastik air minum dalam kemasan gelas (14.147 item) dan botol (12.352 item).

Sejauh ini, Danone Aqua diketahui menguasai pasar AMDK gelas dan botol plastik. Dari perkiraan total produksi 5,13 miliar gelas dan 2,7 miliar botol per tahun, Danone Aqua menyumbang masing-masing 587 juta gelas (11 persen) dan 1,3 miliar botol (49 persen).

Pemerintah melalui KLHK sebenarnya sudah memiliki strategi untuk mengurangi sampah plastik industri melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah, di mana  semua produsen didorong untuk menyusun road map pengurangan sampah dengan target pengurangan 30 persen  timbulan sampah per Desember 2029.

Peraturan ini juga mendorong industri untuk stop produksi (phase-out) air minum kemasan ukuran di bawah 1 liter dan juga kemasan saset di bawah 50 mililiter. Respons pihak industri  masih belum memadai, karena sejauh ini baru terbatas ada 33 perusahaan yang sudah mengirimkan dokumen komitmen pengurangan sampah plastik hingga 2029.

Kurangnya respons pengusaha ini ditengarai  karena produk kemasan mini masih jadi primadona yang laris di pasar, meskipun berperan besar merusak lingkungan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: