Salak pondoh merupakan salah satu tanaman buah yang tumbuh subur di Kabupaten Sleman. Bahkan, buah salak menjadi komoditas unggulan daerah karena budi daya salak di Sleman menjadi sumber pendongkrak kemandirian ekonomi masyarakat.
Namun, bukan berarti pengembangan agribisnis salak tidak menghadapi tantangan. Di Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman, misalnya potensi pengembangan salak cenderung stagnan dan hambatan baik dari segi pemasaran hingga inovasi pengolahan.
Peluang tersebut mendorong mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisiasi sebuah rumah inovasi yang bernama Salacca Space. Mahasiswa yang tergabung Tim Program Hibah Bina Desa (PHBD) Center UGM menginisiasi pendirian Rumah Inovasi Salacca Space.
Ini merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Purwobinangun dalam pengembangan agribisnis salak. Melalui Rumah Salacca Space, para pelaku pengembangan salak baik dari UMKM, KWT, dan kelompok tani difasilitasi untuk berinovasi mengembangkan produk turunan dari salak, beberapa diantaranya adalah coklat salak dan sambal salak.
“Produk yang dikembangkan menggunakan bahan yang berasal dari petani lokal serta dilakukan penelitian dan pengembangan dalam meracik olahannya, sehingga produk yang dihasilkan berkualitas,” Kata Ketua Tim Anugrah Yuwan Atmadja, kemarin.
Dibantu14 rekan mahasiswa lain, Yuwan menerangkan Salacca space hadir sebagai ruang kolaborasi antargenerasi bagi masyarakat Desa Purwobinangun. Berupa pengadaan ruang fisik sebagai pusat kegiatan pengembangan inovasi dan kreasi dengan pendekatan berbasis diskusi.
Program ini bertujuan menciptakan ruang bagi generasi muda untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan juga membangun kerja sama dengan generasi tua guna meningkatkan swadaya dan swakelola masyarakat desa.
Sebab, proses kegiatan budi daya dan pengolahan salak mayoritas dilakukan oleh penduduk berusia tua.“Penduduk usia muda cenderung memiliki minat terhadap sektor lain. Hal tersebut berpengaruh terhadap potensi pengembangan salak dan terhambatnya pengembangan salak dari segi pemasaran hingga inovasi pengolahan salak,” katanya
Sejauh ini, menurut Yuwan, Salacca Space sendiri sudah menjalankan beberapa program yang sudah direncanakan seperti penjaringan aspirasi kelompok-kelompok tani dan individu yang diwadahi di forum diskusi yang melibatkan Gapoktan, KWT, Karang Taruna serta Pemerintah Desa Purwobinangun.
Baca Juga: Jadi Alternatif Pangan, Hilirisasi Pengembangan Sorgum Diakselerasi
Soal inovasi produk, pihaknya sudah berdiskusi dengan warga untuk memproduksi tiga jenis produk olahan salak yaitu coklat salak, sambal salak, serta sabun salak. Dalam proses pembuatan produk, tim UGM bersama dengan warga berdiskusi mengenai resep yang dipakai dalam mengolah salak. Kemudian, dilakukan percobaan beberapa resep yang sudah disetujui sampai menemukan resep yang cocok.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: