Peneliti SMRC, Saidiman Ahmad mengatakan, dalam survei yang dilakukan SMRC beberapa waktu lalu, simulasi pasangan Ganjar-Airlangga mendapatkan suara yang tinggi dibandingkan paslon lain. Pasangan ini juga disebut memenuhi aspirasi parpol anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
“Pasangan Ganjar-Airlangga saya kira cukup mewakili aspirasi Golkar-PAN-PPP. Walaupun sama-sama dari partai kebangsaan, tapi Ganjar sebenarnya cukup dekat dengan kelompok Islam. Beberapa keluarga dekatnya aktif di PPP, termasuk mertua dan kakak iparnya. Saat ini dia juga didampingi oleh tokoh PPP sebagai wakil gubernur,” tegas Saidiman, Rabu (19/10/2022).
Pada survei SMRC terbaru tentang agama dan pemilih Pilpres 2024, Ganjar disukai baik oleh pemilih muslim dan non muslim.
"Sementara pada Ganjar Pranowo, selisih proporsi pemilih Muslim dan non-Muslim yang mendukungnya kecil bahkan ada kecenderungan proporsi pemilih non-Muslim lebih besar dibanding yang Muslim.” imbuh Saidiman.
Sebelumnya, Duet Ganjar-Airlangga cukup dalam survei SMRC, Agustus 2022, dalam simulasi tiga pasangan, duet Ganjar-Airlangga mendapatkan 33 persen suara. Sementara Anies-AHY 25 persen dan Prabowo-Puan 25 persen.
Dalam tubuh KIB, kader PPP dan PAN menyebut nama Ganjar sebagai Capres mereka. Sementara Partai Golkar tunduk pada Munas dan Rakernas menunjuk Ketum Airlangga sebagai Capres. Dari sisi elektabilitas, Ganjar unggul dibandingkan Airlangga. Namun jika Ganjar dipasangkan dengan Airlangga,
“Terlihat Airlangga bisa memperkuat Ganjar,“ tandas Saidiman.
Representasi Nasionalis
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) A. Khoirul Umam menilai menguatnya wacana pengusungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketum Golkar Airlangga Hartarto oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) semakin membuktikan arah politik KIB.
"Orientasi politik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) semakin tidak bisa ditutup-tutupi, bahkan koalisi ini memang dipersiapkan untuk mendukung Ganjar Pranowo," terangnya.
Meski demikian, Umam menyebut adanya persoalan lain ketika KIB hendak mengusung Ganjar Pranowo yakni komposisi capres-cawapres dan posisi politik PDIP.
"Ganjar-Airlangga memang cukup menjanjikan. Namun, ada dua pertimbangan yang belum dikalkulasikan. Pertama, benarkah PDIP mau memberikan cek kosong kepada Ganjar, dengan melupakan Puan Maharani begitu saja?" ungkapnya.
Dosen Universitas Paramadina itu mengatakan adanya tantangan pada basis elektoral pasangan tersebut. Ganjar dan Airlangga dikenal sebagai sosok yang kurang merepresentasikan politik Islam, keduanya lebih dekat dengan politik nasionalis. "Kedua, Ganjar-Airlangga cukup kuat di sisi garis ideologi nasionalis," tambahnya.
Umam menyebut dalam KIB memang terdapat dua partai bercorak Islam yakni PAN dan PPP. Namun, kedua partai tersebut akan menhadapi dilema ketika KIB memutuskan untuk mengusung Ganjar-Airlangga.
"Dalam konteks ini, benarkah PPP dan PAN bisa bisa menerima komposisi tersebut? Mengingat dukungan mereka terhadap komposisi capres yang lebih berat garis ideologis nasionalis berpeluang mempengaruhi sikap basis pemilih loyal mereka yang bercorak politik Islam," tuturnya.
Menurut Umam, pengusungan Ganjar-Airlangga berpotensi membuat dukungan elektoral kedua partai tersebut melemah. Hal itu sebagai dampak dari KIB yang condong pada garis politik nasionalis.
"Jika PPP dan PAN mau mendukung, artinya mereka siap dengan segala konsekuensi, termasuk potensi split ticket voting yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya basis pemilih loyal masing-masing partai politik Islam," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat