Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Stop Aksi Kampanye Negatif Terhadap Sawit karena Petani Bisa Tertekan!

Stop Aksi Kampanye Negatif Terhadap Sawit karena Petani Bisa Tertekan! Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa dilepaskan dari sejumlah komoditas strategis, salah satunya kelapa sawit, dengan petani sebagai garda terdepan pertumbuhan. Sayangnya, banyak gerakan kampanye negatif dan intervensi lembaga-lembaga asing terhadap komoditas tersebut sehingga membuat petani yang juga merupakan pahlawan ekonomi ini tertekan.

Ketua DPP APKASINDO, Gulat Manurung, mengakui bahwa gerakan kampanye negatif dan intervensi lembaga-lembaga asing terhadap komoditas sawit dan tembakau membuat petani tertekan. Lantaran, aksi tersebut turut memengaruhi serapan panen para petani.

Baca Juga: Sawit Dipersepsikan Sumbang Emisi GRK Cukup Besar, Apa Motif Antisawit Sebenarnya?

"Kampanye negatif terhadap sawit yang dilakukan LSM itu mengakibatkan citra minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) negatif di mata dunia. Itu kan bisa bikin negara lain membatalkan pesanan, dan akhirnya penyerapan pabrik dari petani juga pasti akan berkurang," kata Gulat dalam pernyataannya, Rabu (23/11/2022). 

Gulat menambahkan, sejatinya aksi kampanye negatif ini memiliki motif perdagangan internasional. Menurutnya, terdapat pihak yang ingin merebut pasar minyak sawit Indonesia mengingat Indonesia menguasai 52 persen pasar minyak sawit dunia.

"Tekanan terhadap industri sawit pasti akan berdampak pada kesejahteraan petani sebab di Indonesia mayoritas perkebunan sawit dimiliki oleh petani swadaya," kata Gulat.

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Pertanian, jumlah petani sawit di Indonesia mencapai 2,74 juta KK. Sementara, kontribusi industri ini mencapai 13,5 persen terhadap kinerja ekspor nonmigas di mana pada 2021 Indonesia berhasil mengekspor 34,2 juta ton sawit. 

"Serapan dari industri selama 3 bulan terakhir sudah bagus karena ekspor sudah kembali normal. Artinya, stok dalam negeri dengan serapan untuk ekspor sudah berada pada titik normal. Akibatnya, tentu serapan TBS petani kan bagus," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: