Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Kenaikan Suku Bunga yang Progresif Sebabkan Gelombang PHK GoTo hingga Ruangguru

Ekonom: Kenaikan Suku Bunga yang Progresif Sebabkan Gelombang PHK GoTo hingga Ruangguru Kredit Foto: GoTo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) telah menerjang berbagai sektor industri di Indonesia. Berbagai perusahaan besar dan ternama pun tidak luput fenomena ini. Termasuk perusahaan-perusahaan digital yang senantiasa digadang sebagai masa depan perekonomian nasional.

Hingga saat ini, sudah terhitung ada 14 perusahaan digital melakukan PHK, mulai dari Shopee Indonesia, LinkAja, Tokocrypto, Zenius, Tanihub, Sicepat, JD.ID, Pahamify, Mobile Primier League, Indosat Ooredoo Hutchison, Xendit, Lummo, dan baru-baru ini GoTo serta Ruangguru.

Melihat fenomena ini, pengamat ekonomi digital INDEF Nailul Huda membagikan pandangannya kepada Warta Ekonomi pada Kamis (24/11/2022) dengan menyampaikan bahwa fenomena PHK yang terjadi di Indonesia ini erat kaitannya dengan kondisi perekonomian global dan domestik.

Baca Juga: PHK Massal Startup Besar dari Shopee hingga GoTo: Bubble Burst dan Dampak pada Ekosistem

"Jadi memang kasus PHK saat ini erat kaitannya dengan kondisi perekonomian global dan domestik di mana terjadi kenaikan inflasi yang direspon dengan kenaikan tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga menyebabkan investasi akan turun dan konsumsi juga akan melemah," tutur Nailul melihat alasan pertama di balik fenomena PHK massal yang terjadi di berbagai sektor industri di Indonesia.

Ia melanjutkan, "akibatnya kemampuan perusahaan untuk ekspansi akan melemah, beban perusahaan akan tambah, dan akan membuat perusahaan melakukan efisiensi. Salah satunya melalui melakukan PHK."

Tidak dapat dipungkiri bahwa kenaikan tingkat suku bunga telah menjadi hal yang menyebabkan pelaku dalam industri harus melakukan efisiensi agar bisnisnya dapat tetap berjalan dan bertumbuh. Secara global, tidak hanya di Indonesia saja namun Nailul menjelaskan bahwa perusahaan besar di Amerika juga melakukan efisiensi, termasuk Meta dan Amazon akibat dari tingkat suku bunga acuan bank sentral yang semakin meningkat.

"Termasuk di Indonesia di mana Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan lagi dengan cukup progresif. Kenaikan bisa mencapai 50 basis poin. Makanya sektor riil di Indonesia juga sudah mulai kelimpungan di mana terjadi beberapa PHK, termasuk perusahaan tekstil," terang Nailul.

"Ternyata, perusahaan digital pun tidak luput dari masalah PHK ini di mana banyak perusahaan digital melakukan efisiensi dengan memfokuskan layanan ke industri tertentu. Hal ini memang dilakukan untuk membuat perusahaan lebih sustain. Makanya memang biaya-biaya yang timbul dari layanan itu dibutuhkan untuk membuat perusahaan lebih sustain dan bisa keluar dari strategi bakar uang."

Nailul menerangkan bahwa melalui perubahan strategi ini, perusahaan-perusahaan dan pelaku industri di dalam ekosistem digital dapat bertahan dengan mengarah kepada sustainable oriented dibandingkan valuation oriented seperti yang saat ini terjadi.

"Saya berharap bagi semua tenaga kerja yang terkena PHK ya diberikan kompensasi yang sesuai perundangan yang berlaku. Agar kehidupan tenaga kerja yang terkena PHK tidak langsung menurun. Pihak perusahaan teknologi juga wajib memberikan surat PHK untuk digunakan sebagai syarat melamar kerja di tempat berikutnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: