Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produsen Sawit Nomor Dua Dunia Kekurangan Tenaga Kerja, Berpotensi Merugi Miliaran Dolar

Produsen Sawit Nomor Dua Dunia Kekurangan Tenaga Kerja, Berpotensi Merugi Miliaran Dolar Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Para produsen industri kelapa sawit Malaysia berpotensi merugi hingga US$4,6 miliar atau 20 miliar ringgit pada tahun ini akibat keterbatasan pekerja. Padahal, Malaysia merupakan negara produsen CPO terbesar kedua di dunia, di belakang Indonesia.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (7/12/2022), Chief Executive Malaysian Palm Oil Association (MPOA) Joseph Tek menjelaskan kelangkaan pekerja telah berdampak pada turunnya persediaan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan kenaikan harga di pasar global.

Baca Juga: 4,5 Juta Lahan Sawit Telah Mengantongi Sertifikat RSPO

Data MPOA mencatat perusahaan-perusahaan penghasil CPO telah merekrut sekitar 14.000 pekerja asing hingga akhir November. Jumlah tersebut hanya seperlima dari total pekerja yang dibutuhkan industri ini dan hampir setengah dari yang diizinkan oleh pemerintah.

Tek mengatakan jumlah pekerja asing yang masuk ke Malaysia sangat kecil dibandingkan total kebutuhannya. Dikatakan Tek, aliran kedatangan pekerja asing masih kerap terhambat meskipun sejumlah lembaga terus berupaya memfasilitasi kedatangan para pekerja tersebut. Malaysia masih kesulitan membawa pekerja luar negeri meskipun pembatasan mobilitas pandemi Covid-19 telah direlaksasi.

Pemerintah Malaysia telah meyakinkan para pelaku usaha untuk mempercepat proses penerimaan pekerja. Di sisi lain, para produsen CPO di Malaysia mengeluhkan proses penerimaan yang masih lamban sehingga berimbas pada proses panen yang tidak maksimal.

Baca Juga: NTP November Meningkat, Sawit Jadi Salah Satu Kontributor Terbesarnya

Lebih lanjut dikatakan Tek, pelaku industri CPO saat ini tengah meminta bantuan dari pemerintahan Malaysia yang baru untuk mempercepat kedatangan pekerja. Upaya akselerasi ini meliputi penyewaan pesawat untuk membawa pekerja dan memperbarui perjanjian dengan pemerintah negara asal para pekerja. 

Perlu diketahui, harga CPO bergerak fluktuatif sepanjang tahun 2022. CPO sempat melonjak pada awal tahun seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina sebelum terkoreksi akibat perbaikan outlook pasokan dan akselerasi ekspor yang dilakukan Indonesia. Harga CPO kemudian kembali naik dan telah reli sekitar 20 persen sejak akhir September 2022. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: