Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahas Perpajakan, Anak Buah Sri Mulyani Kuliti Rizal Ramli Habis-habisan: Dia Selalu Merendahkan...

Bahas Perpajakan, Anak Buah Sri Mulyani Kuliti Rizal Ramli Habis-habisan: Dia Selalu Merendahkan... Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo balik memberikan kritikan tajam terhadap Rizal Ramli.

Dirinya menyoroti bagaimana ekonom senior tersebut selalu menyeret sejumlah hal dan membandingkannya dengan saat ia masih menjabat menjadi salah satu menteri Joko Widodo.

Baca Juga: Relawan Ganjar Balas Sindiran Rizal Ramli Soal Pangeran TikTok

Prastowo mengatakan Rizal seperti berbagga diri merendahkan orang lain. Ini menyusul kritikan tajam terkait dengan perpajakan.

“Rizal Ramli selalu menyeret kita ke masa dia menjabat lalu bangga dan merendahkan orang lain,” ucapnya dalam unggahannya, Selasa, (17/1/2023).

Prastowo mengungkap bagaimana pencapaian tax ratio terbaik terjadi di era Pak SBY dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati (SMI). Dimana pada tahun 2008 pencapaian tax ratio sebesar 13,3%.

Dia menjelaskan, jika mau membandingkan tax ratio tahun 2001 dengan tax ratio di era Sri Mulyani, bandingkanlah dengan tax ratio tahun 2005-2008 agar apple-to-apple.

“Faktanya, penerimaan pajak di tahun 2000-an awal sampai krisis keuangan global tahun 2008 ditopang adanya commodity super-cycle,” ucapnya.

Lanjut kata dia, pada tahun 2001, tax ratio mencapai 11%. Di era Menkeu SMI, tax ratio juga meningkat hingga mencapai 13,3% di tahun 2008.

Apabila dilihat dalam time frame itu, tax ratio di era SMI tidak semakin turun, justru menguat. Bukan berarti periode lain buruk. Penting mengenali penyebabnya.

Selain itu, growth penerimaan pajak 2001 nampak tinggi karena adanya low base effect akibat adanya perubahan tahun anggaran APBN, dari Apil-Maret menjadi Januari-Desember.

“Maka tahun pajak 2000 tumbuh negatif karena hanya 9 bulan kalender. Jangan mudah menyalahkan juga ya,” lanjutnya.

Baca Juga: Kabarnya Sudah Kantongi Restu Megawati Buat Teruskan Kepemimpinan Jokowi, Ganjar Santai: Ya Siapa...

Setelah 2011, harga komoditas terus turun, yang paling signifikan di 2014. Di saat yang sama, Indonesia terus mengalami deindustrialisasi, padahal kontributor utama penerimaan pajak adalah manufaktur.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: