Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Panda Nababan Bilang Ide Luhut Binsar Pandjaitan Untuk Memberantas Korupsi Sok Canggih!

Panda Nababan Bilang Ide Luhut Binsar Pandjaitan Untuk Memberantas Korupsi Sok Canggih! Luhut B. Pandjaitan, Menko Maritim dan Investasi | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ide Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marvest) Luhut Binsar Pandjaitan untuk memberantas korupsi dinilai oleh politisi senior, Panda Nababan sebagai hal yang sok canggih. 

Sebelumnya, Luhut pernah menyampaikan tidak ingin melihat ada lagi OTT ke depannya. Sebab menurutnya, Indonesia sebagai negara bermartabat tentu harus memiliki ekosistem yang baik.

Digitalisasi sistem keuangan negara menurutnya menjadi penting untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi.

Baca Juga: Meski Yakin Tak Terdampak Silicon Valley Bank, Luhut Bilang Jangan Jumawa

"Kita lakukan digitalisasi, kita akan mengurangi korupsi dan kita tidak mau melihat ada OTT ke depan. Kenapa? Negara yang bermartabat tentu punya ekosistem yang baik," kata Luhut pada Selasa (17/1/2023).

Dia menegaskan pernyataan bukan bermaksud negatif, namun menurutnya negara yang dipuja-puja tak ada OTT yang menjadi tanda rusaknya ekosistem sebuah negara.

Dalam dialog melalui Total Politik, Rudi Adiputro bertanya kepada Panda tentang cara Luhut untuk memberantas korupsi. 

“Nah kalau waktu itu Pak Luhut juga mengatakan caranya gimana kita mencegah korupsi ini ya, kalau bisa jangan OTT, gak usah OTT gitu lah. Memang kau kalau mau suci, kalau mau bersih, di surga aja kau, gitu kata dia,” kata Rudi. 

“Kemudian Luhut mengatakan bahwa sistem yang harus dibangun, jadi makanya dia mau bangun katalog digitalisasi sistem,” tambahnya. 

Panda kemudian menjawab bahwa langkah Luhut terlalu idealis dan sok canggih. 

Baca Juga: Silang Pendapat Luhut dan Erick soal Dampak Kebakaran Pertamina, DPR Minta Luhut Berhenti Bicara yang Bukan Ranahnya!

“Itu terlalu idealis, itu yang dilakukan oleh orang yang white collar, itu sophisticated, sok canggih lah. Kita kaitkan lah dulu dengan budaya, agama, dengan kultural kita,” tambahnya.

“Kalau aku bilang kata kuncinya keteladanan, mampu nggak terdengar berita misalnya Kapolri menolak, marah mau disuap. Atau ada Kapolda teladan, ada Jaksa tinggi yang dicintai masyarakat, atau Dirjen yang begitu dicintai,” jelasnya.

“Bukan sistem ini, digital lah apalah. Keteladanan, contoh, malu gitu lho. Tapi kenyataannya ini tidak, berlomba-lomba lah mewah, berlomba-lombalah kaya,” tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: