Perdagangan Bitcoin Naik 80% di Bank DBS Berkat Kripto Runtuh pada 2022
Bank terbesar di Singapura, DBS Bank adalah salah satu dari sedikit perusahaan di seluruh dunia yang menuai keuntungan besar dari keruntuhan industri kripto besar-besaran pada tahun 2022.
Dilansir dari laman Cointelegraph pada Kamis (11/5/2023), DBS Digital Exchange, sebuah platform perdagangan kripto secara institusional dari Bank DBS, mengalami peningkatan signifikan dalam volume perdagangan Bitcoin tahun lalu.
Menurut CEO DBS Digital Exchange, Lionel Lim menyatakan, jumlah Bitcoin yang disimpan DBS untuk kliennya meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Binance Hentikan Penarikan Bitcoin Kedua Kalinya dalam 12 Jam
“Volume perdagangan Bitcoin tumbuh 80% di bursa digital selama periode yang sama,” ujar Lim dalam wawancara dengan Cointelegraph pada 8 Mei.
Para eksekutif percaya bahwa lonjakan permintaan layanan kripto di DBS Digital Exchange adalah konsekuensi dari runtuhnya bursa kripto pada tahun 2022. Lim mencatat bahwa DBS terus melihat tren peningkatan volume.
Dia menyatakan, “DBS terus mendapatkan keuntungan dari “flight” menuju “safety’ dan kualitas setelah ledakan beberapa bursa tahun lalu.”
Kepala bagian aset digital DBS Bank, Evy Theunis, juga mengatakan kepada Cointelegraph bahwa DBS telah melihat lebih banyak permintaan kerja sama dari perusahaan aset digital dan blockchain dalam beberapa bulan terakhir.
Diluncurkan pada tahun 2020, pertukaran mata uang kripto DBS awalnya eksklusif hanya melayani investor institusional. Pada September 2022, DBS Digital Exchange memperluas akses produknya kepada investor terakreditasi secara individual. Platform aset digital saat ini menyediakan layanan kepada investor korporasi dan institusional, investor terakreditasi, dan perusahaan keluarga.
Sebelum FTX runtuh pada November 2022, sejumlah besar perdagangan kripto di platform ini berasal dari investor institusional. Pada Maret 2022, FTX meluncurkan unit khusus yang bekerja dengan institusi. Saat itu, sekitar dua pertiga volume perdagangan di FTX dan FTX US dilaporkan berasal dari rekening institusional.
Sembari menunjukkan dampak positif dari runtuhnya bursa kripto tahun 2022, Lim melihat tidak ada pengaruh yang datang dari krisis perbankan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat (AS).
“Beberapa pembuat pasar kami mencari rel perbankan Dolar AS baru setelah runtuhnya bank AS yang ramah kripto,” kata Lim.
Namun, tidak ada dampak langsung pada pertukaran kripto di DBS, ujarnya, dengan menyatakan, “runtuhnya bank-bank di AS tidak memengaruhi saluran produk dan layanan kami. Meskipun demikian, kami terus mencermati perkembangan ini dan siap untuk menyesuaikan rencana kami jika perlu.”
Meskipun menjadi bank ramah kripto, DBS percaya bahwa tidak ada risiko likuiditas yang terkait dengan eksposur mata uang kripto.
“DBS tidak melakukan hipotek ulang atau memperdagangkan aset digital dalam pengawasan klien. Dengan demikian, tidak ada risiko likuiditas,” kata Lim kepada Cointelegraph. “Aset digital klien kami berada di DBS Bank, terpisah dari DBS Digital Exchange,” kata CEO tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement