Studi DFS-RISE: Platform Digital Makin Diandalkan dalam Mencari Nafkah dan Pekerjaan
DFS Lab dan RISE Indonesia berkolaborasi dengan Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) meluncurkan hasil studi kolaboratif bertajuk "Mata Pencaharian Melalui Platform di Perdesaan: Studi Mengenai Penggunaan Platform Digital di Perdesaan Indonesia (PLRS)”. Studi hasil kolaborasi multipihak tersebut telah melakukan diseminasi akhir hasil studi yang diadakan di Hotel Le Meridien, Jakarta pada Selasa, (25/7/2023).
Program penelitian yang didanai oleh the Bill & Melinda Gates Foundation tersebut telah berjalan selama dua tahun, mengeksplorasi dan mendokumentasikan kondisi ekonomi platform di daerah peri-urban dan perdesaan Indonesia saat ini, dengan fokus khusus pada mata pencaharian yang didukung secara digital dan inklusi keuangan. Selain itu, laporan ini juga menyoroti hubungan antara mata pencaharian melalui platform dan inklusi keuangan, serta peluang dan hambatan yang dihadapi oleh perempuan perdesaan, serta intervensi yang dapat diprioritaskan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam ekosistem platform Indonesia. Baca Juga: Sinyal Positif Perkembangan Ekonomi Digital, OJK: Digitalisasi Sektor Jasa Keuangan Akan Kami Perkuat
Dalam sambutannya, Menko bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengapresiasi penelitian yang telah dilakukan oleh DFS Lab dan RISE Indonesia tersebut. “Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia tengah berada di garis terdepan transisi ekonomi digital saat ini, peranan ekonomi digital semakin signifikan dalam membentuk cara masyarakat mencari pekerjaan, menjual barang dan jasa, serta mencari nafkah. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan penting dalam komitmen Pemerintah Indonesia dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) serta mendorong digitalisasi dan inklusi keuangan lebih lanjut di wilayah pedesaan Indonesia," ujarnya.
"Kami meyakini bahwa kerjasama antara sektor publik dan swasta, serta pelibatan masyarakat perdesaan sebagai mitra utama, memainkan peranan kunci untuk menciptakan ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan. Bersama-sama, kita dapat mewujudkan perdesaan Indonesia yang maju, berdaya saing, dan berkeadilan,” tambah Deputi Menteri Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko bidang Perekonomian, Ferry Irawan.
Brooke Patterson, Indonesia Country Lead, the Bill & Melinda Gates Foundation, memberikan gambaran singkat mengenai latar belakang penelitian ini. Beliau menyatakan, studi ini merupakan bagian dari program penelitian dua tahun kolaborasi antara DFS Lab, RISE Indonesia, Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) dan the Bill & Melinda Gates Foundation.
"Studi ini dirancang untuk menjelajahi dan mendokumentasikan bagaimana keadaan platform ekonomi Indonesia saat ini, dengan fokus khusus pada mata pencaharian yang didukung secara digital dan inklusi keuangan. Studi ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata untuk memahami peran platform-platform digital dalam mengembangkan ekonomi dan inklusi keuangan di perdesaan Indonesia," pungkasnya.
Sementara Stephen Deng, Partner DFS Lab memaparkan latar belakang dilaksanakannya studi PLRS tersebut. “Secara global, ekonomi digital mengubah cara orang mencari nafkah - bagaimana mereka mencari pekerjaan, menjual barang dan jasa, dan mencari nafkah Indonesia berada di garis depan dalam transisi ekonomi digital ini. ekonomi digital ini dengan hampir 1 dari 5 orang Indonesia berpartisipasi dalam mata pencaharian digital dengan cara tertentu yang menciptakan ekosistem inovatif dari platform besar dan pemain yang lebih kecil," tuturnya.
Adapun temuan utama studi ini diantaranya, meskipun menghadapi berbagai hambatan, perkembangan platform ekonomi bagi masyarakat perdesaan saat ini semakin pesat, sehingga dapat memberikan peluang mata pencaharian bagi masyarakat.
Lalu mata pencaharian melalui platform sering kali menjadi sumber utama pendapatan di daerah perdesaan, dikarenakan platform ekonomi tersebut memberikan penghasilan yang lebih tinggi dan lebih stabil dibandingkan mata pencaharian tradisional. Baca Juga: Mendag: Data Jadi Pilar Utama yang Dukung Aktivitas Ekosistem Digital
Selanjutnya platform e-commerce dan social commerce tidak hanya memfasilitasi peralihan dari pekerjaan lain, tetapi juga menciptakan peluang mata pencaharian baru bagi individu perdesaan yang sebelumnya tidak pernah bekerja, terutama perempuan, pemuda, dan individu dengan tingkat pendidikan rendah. Partisipasi dalam platform juga turut meningkatkan kemampuan daya tawar, harga, total penjualan, dan kemampuan untuk membandingkan harga.
Dan yang terakhir, masyarakat yang bergabung dalam platform memiliki tingkat penggunaan rekening keuangan (bank dan uang elektronik), tabungan, kredit, dan (dalam jumlah yang lebih kecil) asuransi yang lebih tinggi. Penjual e-commerce dan social commerce cenderung lebih sering menggunakan dan menawarkan pembayaran digital, meskipun pasar perdesaan masih didominasi oleh pembayaran tunai.
“Temuan dari studi ini diharapkan dapat memberikan implikasi yang besar bagi para pengambil kebijakan, penyedia layanan, dan donor yang berupaya meningkatkan inklusi di periferi perdesaan ekosistem platform Indonesia. Penting untuk mengakui potensi transformasi yang dimiliki oleh platform-platform ini dan merancang intervensi yang sesuai untuk memaksimalkan dampak positifnya terhadap mata pencaharian, inklusi keuangan, dan kesetaraan gender di Indonesia,” tutup Brooke.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement