Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menko PMK Bicara Soal Perjuangan Merdeka dari Kemiskinan, Begini Katanya

Menko PMK Bicara Soal Perjuangan Merdeka dari Kemiskinan, Begini Katanya Kredit Foto: Kemenko PMK
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 atau 78 tahun lalu, menjadi tonggak bersejarah yang mengingatkan keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia untuk terbebas dari belenggu penjajahan. Namun seiring berjalannya waktu, perjuangan Bangsa Indonesia saat ini bukan lagi melawan penjajah, tetapi berupaya merdeka dari kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Demikian khutbah Jumat Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy di Masjid Baiturrahman, Kompleks Kantor Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres), Jakarta, Jumat (18/8/2023).

“Kemerdekaan juga diartikan sebagai kebebasan dari kemiskinan, sebuah tujuan yang diinginkan oleh banyak individu dan masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga: Menko PMK Muhadjir: Penanganan Usia Produktif Urusan Krusial, Semua Pihak Harus Terlibat

Dalam konteks agama, terang Muhadjir, Al-Qur’an menekankan pentingnya umat Islam untuk tidak meninggalkan generasi masa depan yang lemah dan memerintahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, serta kesehatan fisik dan mental.

“Orang-orang yang kaya bebaskanlah saudara-saudara kalian yang miskin dengan cara-cara yang kalian miliki,” ungkapnya.

Selain menyeru orang-orang kaya untuk berbuat baik kepada orang-orang miskin, sebut Muhadjir, Islam juga menyeru agar orang-orang yang miskin juga terus berupaya mengentaskan diri dari kemiskinannya yakni dengan berusaha dan bekerja. Sebab, untuk mengatasi kemiskinan tidak dapat hanya bergantung pada bantuan sosial semata, tetapi harus melibatkan keterlibatan aktif masyarakat dalam mencari rezeki dan membangun ekonomi yang berkelanjutan.

“Nah ini kita juga harus hati-hati dalam hal pemberian bantuan sosial dari Pemerintah kepada warga tidak mampu jangan sampai kemudian menciptakan mereka jadi tergantung pada bansos. Jangan sampai sebetulnya mereka masih bisa bekerja produktif, tetapi karena ada yang diharapkan yaitu bansos, mereka menjadi malas atau tidak bekerja,” ingatnya.

Baca Juga: Menuju Indonesia Emas 2045, Kemenko PMK Dorong Pembangunan Ekonomi Bahari

Lebih lanjut, Muhadjir menuturkan bahwa saat ini Pemerintah terus fokus dalam upaya memberantas kemiskinan, khususnya kemiskinan ekstrem yang ditargetkan mencapai 0 persen pada 2024. Hasilnya, BPS telah merilis penurunan angka kemiskinan ekstrem sebesar 0,62 persen, dari 2,04 persen per Maret 2022 menjadi sebesar 1,12 persen per Maret 2023.

“Tingkat kemiskinan juga turun dari angka 9,75 persen pada September 2022 menjadi 9,36% per Maret 2023,” tambahnya.

Adapun untuk mewujudkan target kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2024, menurut Muhadjir, Pemerintah salah satunya melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) terus melakukan berbagai terobosan.

“TNP2K telah merumuskan 4 sasaran utama untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem hingga di bawah 1 persen. Sasaran tersebut meliputi pemulihan ekonomi, stabilitas harga kebutuhan pokok, tingkat akurasi penetapan sasaran yang tinggi, serta kolaborasi dan komplementaritas pelaksanaan program,” terangnya.

Lebih jauh dalam khutbahnya, Muhadjir mengungkapkan bahwa di antara negara anggota G-20, Indonesia bersama China dan India menjadi tiga negara yang mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen. Namun demikian, ia menyayangkan di tengah pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan tersebut, statistik menunjukkan pula bahwa angka ketimpangan sosial bangsa Indonesia masih tinggi.

“Angka ketimpangan kita sekarang berada di dalam posisi 3,88. Jadi agak ironis angka pertumbuhan ekonominya naik tetapi ketimpangannya juga ikut naik,” sebutnya.

Menurut Muhadjir, meskipun beberapa program pemerintah telah dirancang untuk mengatasi masalah tersebut, tantangan ketimpangan masih terus ada. Dalam situasi ini, penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan tokoh agama, untuk bersatu dan bekerja sama guna mengurangi kesenjangan sosial yang semakin dalam.

“Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, Indonesia akan bisa keluar dari persoalan-persoalan yang masih membebani umat dan bangsa ini, dengan ridha dari Allah SWT,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: