Meski Raup Untung Sejak 2022, Hypefast Malah Lakukan PHK 30% Karyawannya
Perusahaan rintisan (startup) yang fokus pada agregator jenama (brand), Hypefast telah memangkas 30% karyawannya demi mempertahankan profitabilitas perusahaan. Sayangnya, jumlah karyawan terdampak tidak disebutkan.
Dilansir dari laman Tech in Asia pada Rabu (23/8/2023), meskipun Hypefast meraih keuntungan sejak awal 2022, namun perusahaan ini justru memilih untuk melakukan perampingan sebagai persiapan untuk menghadapi potensi tantangan-tantangan pada tahun 2024, kata perusahaan tersebut pada Tech in Asia.
Potensi-potensi tantangan tersebut berupa kenaikan biaya penjualan karena kenaikan biaya merchant dari mitra, biaya logistik yang lebih tinggi, dan kondisi makroekonomi yang tidak menentu saat ini.
Baca Juga: Alasan Pluang PHK 10% Karyawannya, Mulai dari Kondisi Makroekonomi hingga Daya Beli Rendah
Co-founder dan CEO Hypefast, Achmad Alkatiri mengatakan bahwa dengan langkah tersebut, perusahaan bertujuan untuk tetap memperoleh keuntungan, mencapai arus kas bebas yang positif, dan menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan.
Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Hypefast akan memberikan asuransi kesehatan bagi keluarga karyawan yang terkena dampak hingga akhir tahun 2023, menawarkan dukungan penempatan kerja, dan memberikan waktu yang lebih fleksibel untuk pembayaran pajak Employee Stock Ownership Plan (ESOP).
Startup yang didirikan pada Januari 2020 ini telah membantu merek lokal dengan pendapatan melebihi Rp500 juta untuk mengembangkan bisnis mereka, khususnya melalui saluran penjualan daring (online). Hypefast juga menawarkan modal utang kepada brand tersebut.
Alkatiri menuturkan, Hypefast melaporkan pendapatan bersih sebesar US$43 juta (Rp658 miliar) pada tahun 2022, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$22 juta (Rp337 miliar).
Hypefast sempat mengumpulkan pendanaan sebesar US$22 juta (Rp337 miliar) pada November 2021 dari investor, seperti Monk’s Hill Ventures, Jungle Ventures, Strive, Amand Ventures, dan Arkblu Capital.
Sementara itu, dilansir dari laman Crunchbase pada Rabu (23/8/2023), perusahaan tersebut masih dalam tahap pendanaan Seri A pada November 2021 yang dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures.
Baca Juga: Strategi CEO Hypernet Kembangkan Perusahaan dan Sinergi dengan Berbagai Pihak
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement