Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapa yang Nikmati Sumber Daya dan Keuntungan Hilirisasi Nikel?

Siapa yang Nikmati Sumber Daya dan Keuntungan Hilirisasi Nikel? Kredit Foto: Kemenko Marves
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto, membuat perhitungan ulang tentang nilai tambah nikel yang berasal dari hilirisasi (downstreaming). Lantas siapa yang menikmati sumber daya dan keuntungan hilirisasi? Berikut argumennya.

Seto menjelaskan bahwa hilirisasi menjadi strategi suatu negara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Menurutnya, produk smelter yang berharga kini adalah nickel thick iron, yang membutuhkan sumber daya untuk mengolah nikel mentah menjadi nickel thick iron, mulai dari listrik, sumber daya manusia (tenaga kerja), alat, dan sebagainya.

Baca Juga: Jokowi Siap Bantu Kembangkan Hutan Hingga Hilirisasi Industri di Kongo

Seto memaparkan, dari 100% nilai produk smelter, kontribusi bijih nikel adalah 40%, 12% laba operasi bisa dinikmati investor, dan 48%-nya adalah sumber daya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk mengolah bijih nikel.

Alhasil, nilai tambah yang dinikmati oleh dalam negeri adalah 32% atau secara proporsi mencerminkan sekitar 53% (32% dibagi 32%+12%+16) dari seluruh nilai tambah hilirisasi nikel.

"Keuntungan buat investor berapa? Jadi itu sekitar 12% dan sudah termasuk dengan laba operasional. Artinya adalah untuk pembayaran bunga, cicilan, dividen, itu sudah termasuk ada di situ," ujar Seto di kanal YouTube Rhenald Kasali bertajuk "Serang Balik! Dibela Tangan Kanan Luhut sampe Ditahan Elon Musk | Intrigue #08" yang dilansir pada Minggu (27/8/2023).

Lanjut Seto, jika keuntungan tersebut untuk investor China, akan dinikmati bank penyalur keuntungan dari investor negara tersebut. "Tapi kalau bank-nya dari Indonesia, ya tentunya nanti akan berkurang," tambahnya.

Mengenai 53% keuntungan yang akan dinikmati dalam negeri, Seto mengatakan bahwa perhitungan tersebut belum menghitung perekonomian secara keseluruhan di wilayah yang menjadi lokasi smelter nikel. Seto mencontohkan hadirnya 97.000 pekerja di smelter Morowali, Sulawesi Tengah.

"… berarti sektor makanan dan minuman, akomodasi, laundry, segala macam, kami lakukan kajian, korelasinya terhadap sektor UMKM dengan investasi nikel ini cukup tinggi di Maluku dan Sulawesi tengah. Kami melihat gini koefisien dan kesenjangan juga menurun, pengangguran berkurang," jelas Seto.

Selain itu, upaya hilirisasi yang dimulai dari investor China telah mendatangkan investor baru dari barat seperti Amerika Serikat (Ford yang bekerja sama denga Vale Indonesia), India, Taiwan, dan lain-lainnya yang membutuhkan nikel untuk pasokan produksi mobil listrik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: