Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hashrate Melonjak, Pendapatan Bitcoin Per Terahash Dekati Rekor Terendah

Hashrate Melonjak, Pendapatan Bitcoin Per Terahash Dekati Rekor Terendah Kredit Foto: Unsplash/Yigit Ali Atasoy
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendapatan dari penambangan Bitcoin atau "harga hash"—ukuran dolar yang diperoleh per TH/s per hari—telah merosot ke level yang tidak pernah terlihat sejak runtuhnya FTX pada November 2022. Sementara itu, tingkat hash dikabarkan telah mencapai rekor tinggi terbaru.

Dikutip dari Cointelegraph, Selasa (29/8/2023), pada 18 Agustus, tingkat hash jaringan Bitcoin telah mencapai lebih dari 414 eksahash per detik (EH/s) menandai puncak baru bagi metrik tersebut. Hal ini berarti, tingkat hash jaringan telah meningkat sebanyak 54% dari awal tahun 2023 dan 80% selama 12 bulan terakhir.

Meskipun jaringan terlihat baik dari segi keamanan, kondisi para penambang Bitcoin tidak sedang baik-baik saja. Pendapatan mereka telah menurun tajam, mencapai level saat harga BTC jatuh ke titik terendah siklus pasar pada November 2022 lalu, yakni sekitar US$16.500 (Rp252,2 juta), setelah sebelumnya mencapai US$26.134 (Rp399,4 juta). 

Baca Juga: Bursa Kripto Binance Dikabarkan Bakal Cabut dari Rusia

Berdasarkan data dari HashPriceIndex, pendapatan penambang Bitcoin hanya US$0,060 (Rp917) per terahash per detik per hari. Harga tersebut bernilai setengah dari harga yang ada pada awal Mei ketika kegilaan inskripsi Bitcoin Ordinals menyebabkan permintaan besar terhadap ruang blok.

Analis pasar kripto, Dylan LeClair mengomentari penurunan pendapatan dan puncak tingkat hash dengan menyatakan bahwa rig baru yang lebih efisien akan terus diproduksi. Namun, ia menilai, sudah saatnya harga hashrate harus meningkat.

"Tetapi hampir saatnya bagi harga untuk melampaui," ujarnya. Hal ini  berarti bahwa harga perlu disesuaikan ke atas agar penambangan tetap menguntungkan pada tingkat hash yang begitu tinggi.

Diketahui, para penambang Bitcoin telah mengandalkan dana dari penjualan saham pada kuartal kedua untuk tetap bertahan selama masa bear market. Pada 24 Agustus, dilaporkan bahwa terdapat 12 perusahaan penambang yang diperdagangkan secara publik berhasil mengumpulkan sekitar US$440 juta (Rp6,72 triliun) melalui penjualan saham pada kuartal kedua.

Mark Jeftovic, yang mengelola buletin Bitcoin Capitalist, mengatakan bahwa, "beberapa perusahaan penambangan sedang melemahkan para pemegang saham dengan tingkat yang berlebihan.” Ia juga menambahkan, "jika mereka melemahkan Anda lebih cepat daripada Bitcoin naik, maka Anda sedang bergerak dalam arah yang salah di atas treadmill."

Baca Juga: Analis JPMorgan Prediksi Adanya Penurunan Terbatas untuk Pasar Kripto

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: