Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Pencawapresan Anak Jokowi, PDIP: Nepotisme Terlahir Kembali

Soal Pencawapresan Anak Jokowi, PDIP: Nepotisme Terlahir Kembali Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan demokrasi Indonesia sedang diuji karena nepotisme menguat. Hal itu ia ungkapkan saat menerima delegasi Council of Asian Liberal and Democrats (CALD Party).

Hasto mengaku sempat berbicara dengan Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah sebelum acara dimulai. Ia mempertanyakan Basarah yang memakai seragam PDIP bernuansa hitam. Menurutnya baju hitam merupakan simbol duka.

Baca Juga: Kini Merasa Ditinggalkan, PDIP Lakukan Kesalahan Besar dengan Beri Kesempatan kepada Jokowi dan Keluarga?

"Memang benar, ini mencerminkan betapa demokrasi saat ini sedang diuji. Ya, karena terlahir kembalinya nepotisme. Jadi, kita harus mempertimbangkan hal ini," ujar Hasto di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (28/10/2023).

Ahmad Basarah membenarkan baju hitam yang dipakai sebagai simbol berduka. Basarah mengatakan perasaan berduka tak hanya dirasakan dirinya, tetapi juga PDIP.

"Baju hitam ini adalah simbol dari suasana hati dan perasaan kebatinan kami sebagai keluarga PDI Perjuangan," ujar Basarah.

Basarah mengatakan PDIP akan tetap tampil tersenyum, meski dalam keadaan duka. Menurutnya, pemilu harus dilaksanakan dengan suasana gembira.

"Baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden harus kita jadikan pestanya demokrasi rakyat, pesta yang membahagiakan, pesta yang menggembirakan. Sesakit apapun perasaan hati kami saat ini," ujarnya.

Basarah mengatakan, duka yang dialami terkait putusan Mahkamah Konstitusi yang mengizinkan kepala daerah bisa ikut Pemilu Presiden meski belum berusia 40 tahun. Putusan ini membuat Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon wakil presiden Prabowo Subianto.

"Ya saya kira kalau kita melihat suasana kebatinan publik, kekecewaan publik, terhadap peristiwa politik hukum yang terjadi di Mahkamah Konstitusi. Saya kira bukan hanya menurut pandangan dan pemikiran saya, kekevewaan terhadap kewibawaan lembaga MK yang harusnya menjadi the guardian of constitution, menjadi lembaga penjaga marwah konstitusi kita dan penjaga marwah ideologi bangsa kita, telah mengalami suatu degradasi," ujarnya.

Diketahui, tren penggunaan baju hitam ini diawali oleh sikap Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat yang mengungkap dirinya perlu mengenakan baju hitam untuk menggambarkan kondisi MK saat ini. Berpidato pada Konferensi Hukum Nasional yang digelar Kemenkumham di Jakarta, Rabu (25/10/2023). Arief menegaskan Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

“Saya mengatakan di berbagai sektor bidang kehidupan Indonesia sedang tidak baik-baik saja,” ujar Arief.

Arief dalam kesempatan itu juga mengajak peserta Konferensi Hukum Nasional berhati-hati. Menurut dia, saat ini ada kecenderungan sistem ketatanegaraan dan bernegara yang sudah jauh dari Pembukaan UUD 1945.

“Bayangkan, bapak, ibu sekalian. Di era Soeharto, era rezim Orde Baru atau Orde Lama pun, itu tidak ada kekuatan yang terpusat di tangan-tangan tertentu,” katanya.

Baca Juga: PDIP Klaim Khofifah Punya Peluang Gabung TPN Ganjar-Mahfud

Arief menuturkan ada pihak yang memiliki partai politik sehingga punya tangan di lembaga legislatif bahkan juga kaki tangan di eksekutif, bahkan di yudikatif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: