Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Butuh Treatment Berbeda Mengatasi Masalah 10 Juta Gen Z Menganggur

Butuh Treatment Berbeda Mengatasi Masalah 10 Juta Gen Z Menganggur Kredit Foto: Unsplash/Yogendra Singh
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan perlu dilakukan tindakan atau treatment yang berbeda dan tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya soal masalah hampir 10 juta Gen Z yang disebut menganggur.

Hal ini Kurniasih sampaikan menyoroti laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut hampir 10 juta penduduk usia muda (15-24 tahun, Gen Z) berstatus menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Apabila dirincikan, anak muda yang paling banyak NEET justru ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan.

Anggota Fraksi PKS DPR RI ini mengungkapkan, Gen Z semakin terhimpit karena dari sisi pendidikan tinggi kini semakin mahal dengan adanya kenaikan UKT. Sementara dari kesempatan kerja mensyaratkan sudah berpengalaman dan adanya batas usia.

“Generasi muda hari ini tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Ada treatment khusus, terutama dari sisi pendidikan maupun dunia kerja. Harus dipermudah hadirnya lembaga pendidikan dengan skill yang saat ini sedang dibutuhkan, plus berikanlah kesempatan seluas-luasnya dari pemberi kerja,” kata Kurniasih dalam keterangannya, Rabu (22/5/2024), dilansir dari laman fraksi.pks.id.

Mengenai hal ini, Kurniasih mengungkapkan fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, bonus demografi jika tidak diiringi dengan hadirnya kesempatan kerja yang besar bagi generasi muda akan menciptakan bom waktu.

Mengatasi persoalan ini menurut Kurniasih perlu menyelesaikan masalah hulu hingga hilir.

Baca Juga: Hampir 10 Juta Gen Z Nganggur, PKS Tegas: Bonus Demografi Tidak Dikelola dengan Baik

“Angka 10 juta pengangguran Gen Z sudah jadi tanda-tanda jika bonus demografis kita tidak terkelola dengan baik. Kita sudah menyadari hadirnya bonus demografi maka di hulu pentingnya pendidikan skill dan di hilir pentingnya terbukanya luas kesempatan kerja,” kata Kurniasih.

Kurniasih juga menyoroti hari ini tren angkatan kerja justru didominasi oleh pekerja informal. Hal ini membuktikan jika adanya angkatan pencari kerja yang membludak namun kesempatan kerja di sektor formal tidak memadai.

“Baru saja viral pencari kerja untuk sebuah warung makan biasa antriannya membludak seperti halnya antrian kerja di pabrik. Ini memprihatinkan karena banyak anak kerja ini tak dapat kesempatan kerja formal sehingga lowongan apapun akan dijalani termasuk sektor informal. Padahal perlindungan pekerja di sektor informal masih sangat lemah,” ucap Kurniasih.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: