Saat ini, industri kelapa sawit yang menjadi tulang punggung ekonomi global tengah dihadapkan pada berbagai tantangan serius. Selain menjadi penyedia bahan baku berbagai sektor, industri sawit juga menghadapi jalan terjal isu-isu lingkungan seperti deforestasi, kebakaran hutan, dan pencemaran air yang mengikis reputasi dan keberlanjutannya.
Adapun tantangan lainnya misalnya penurunan produktivitas dna kampanye negatif yang ikut memperkeruh situasi ini.
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Chandra Setyawan, dalam Seminar Sawit bertajuk “Peran Teknologi Pertanian Cerdas dalam Mendukung Masa Depan Industri Sawit yang Berkelanjutan” menegaskan bahwa Indonesia masih memegang posisi sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan kontribusi mencapai 50% dari total produksi global.
Baca Juga: Harga CPO Malaysia Melemah Pekan Ini, Apa Sebabnya?
“Akan tetapi, berbagai tantangan yang dihadapi memerlukan solusi yang tidak hanya fokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga harus memperhatikan aspek keberlanjutan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun kesejahteraan sosial,” tutur Chandra yang dikutip dari laman resmi UGM, ditulis Warta Ekonomi, Kamis (15/8/2025).
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Penelitian UGM, Diatri Nari Ratih, mengungkapkan bahwa teknologi pertanian cerdas bisa menjadi salah satu solusi yang potensial untuk mengatasi berbagai permasalahan di industri sawit.
Diharapkan, dengan adanya teknologi yang mengintegrasikan sistem informasi dan komunikasi dengan pertanian bisa meningkatkan produktivitas tanaman, mengoptimalkan pengelolaan sumber daya, memantau dampak lingkungan yang ditimbulkan, serta menyempurnakan proses budidaya.
Baca Juga: BPDPKS Ungkap Pentingnya Riset untuk Industri Sawit di Indonesia
“Dengan adopsi teknologi pertanian cerdas, industri sawit dapat memperbaiki efisiensi produksi, mengurangi dampak lingkungan, serta memperkuat posisi sebagai industri yang berkelanjutan dan bertanggung jawab,” kata Diatri.
Dalam acara yang diselenggarakan di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, FTP UGM tersebut, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara FTP UGM dengan Badan Kejuruan Teknik Pertanian (BKTP), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), dan PT Kerry Sawit Indonesia (Wilmar) terkait pelaksanaan Program Profesi Insinyur (PSPPI).
Di sisi lain, FTP UGM juga menandatangani nota kesepahaman dengan Institut Pertanian STIPER untuk kerja sama dalam pelaksanaan Program Pascasarjana sebagai bagian dari penguatan Tridharma Perguruan Tinggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement