
Kembalinya perhelatan National Anti Fraud Conference (NAFC) selalu menarik antusiasme para praktisi, akademisi maupun pegiat antifraud dari beragam latar belakang.
Sebanyak 240 peserta telah hadir dalam gelaran NAFC edisi ke-14 yang mengangkat tema “Sareundeuk Saigel Sabobot Sapihanean: Babarengan Nyanghareupan Fraud”.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan konferensi ini mengusung tema dalam mengatasi tindakan kecurangan atau fraud. Diharapkan konferensi ini dapat menghasilkan poin-poin penting sebagai panduan untuk menghadapi tantangan fraud yang semakin kompleks.
Teknologi yang terus berkembang memang telah menghadirkan disrupsi digital. Namun pada saat yang bersamaan juga membuka celah baru bagi modus kejahatan canggih.
"Fraud bukanlah hal baru. Namun, tindakan ini terus berkembang dengan cara yang lebih kompleks dan sulit dihadapi," kata Bey kepada wartawan di Bandung, Kamis (5/9/2024).
Berbagai upaya menghadapi fraud memerlukan pendekatan menyeluruh dan sinergi dari berbagai pihak.
Sehingga konferensi ini menjadi momen yang tepat untuk membahas berbagai aspek anti-fraud yang mutakhir, termasuk perkembangan teknologi terkini, modus operandi dalam beberapa kasus fraud teknik audit investigasi, serta cara-cara pencegahan, pendeteksian, dan penanganan fraud.
"Tema konferensi sangat relevan dengan kondisi saat ini, mendorong kita untuk terus bekerja sama dalam menghadapi tantangan ini karena fraud memerlukan penanganan dari berbagai sisi dan kerja sama yang kuat dari semua pihak," ungkapnya.
Baca Juga: Perkuat Tata Kelola dan Manajemen Risiko, OJK Terbitkam Aturan Soal Anti-Fraud
Dia juga menyinggung pula slogan khas di era kepemimpinannya sebagai Penjabat Gubernur Jabar, yakni "Jabar Menyala", yang diharapkan menghadirkan spirit untuk melangkah membangun Jawa Barat dengan penuh integritas.
Maka lewat konferensi ini diharapkan semua pihak yang hadir dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen dalam memberantas fraud melalui kerja sama dan integritas yang kuat.
"Integritas adalah keselarasan antara perbuatan dan pikiran. Jangan sampai Bapak Ibu mengaku tidak makan cokelat, tapi di mulutnya sedang banyak cokelat," ujarnya.
Adapun, Ketua Dewan Audit OJK Sophia Wattimena mengatakan dalam tataran praktik, penguatan strategi penanganan risiko fraud di OJK dapat menjadi salah satu pembelajaran.
Berbagai upaya OJK tersebut dilakukan melalui beberapa pendekatan di antaranya terkait kerangka pengaturan, OJK menerbitkan berbagai peraturan dan guidelines untuk memperkuat integritas di sektor jasa keuangan, mendorong pengawasan terintegrasi yang menggabungkan pengawasan berbasis risiko, sistem informasi dan data terintegrasi, serta mekanisme penegakan hukum yang memanfaatkan tools pengawasan berbasis teknologi (supervisory technology).
Selain itu, menjalin sinergi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan OJK. Di antaranya melalui pengembangan panduan anti-fraud bersama asosiasi industri, perjanjian cross border data sharing dengan negara lain, koordinasi dalam bentuk satgas seperti Satgas pemberantasan aktivitas keuangan ilegal (Satgas Pasti) dan Satgas pemberantasan judi online, maupun analisis risiko sistemik dan penindakan kejahatan keuangan dengan kementerian/lembaga dan penegak hukum, serta peningkatan awareness dan edukasi fraud kepada civitas academica dan masyarakat.
"Juga mendorong penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) secara menyeluruh di Sektor Jasa Keuangan," katanya.
Baca Juga: Disaksikan BPKP, Askrindo Perkuat Komitmen Anti Fraud
Dia menambahkan semua pihak harus berkomitmen memenuhi seluruh Rencana Aksi Strategi Nasional terkait tugas dan fungsi OJK, khususnya dalam memastikan kegiatan sektor keuangan tetap berjalan on the right track untuk memberi dukungan terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
"Maka, harus onsistensi dalam enforcement pemberian sanksi/pembinaan atas ketidakpatuhan terhadap implementasi anti-fraud dan governansi," katanya.
Pada kesempatan yang sama Presiden ACFE Indonesia Chapter, Herry Subowo, berharap NAFC 2024 dapat menjadi momentum kolaborasi berbagai pihak untuk memperkuat strategi pemberantasan fraud yang efektif dan efisien. Sebagai extraordinary crime dan common enemy, penanganan fraud memerlukan extraordinary effort dalam bentuk sinergi semua pihak, baik unsur pemerintah, sektor swasta, akademisi maupun masyarakat secara luas.
Konferensi yang berlangsung dari tanggal 5-6 September 2024 ini membahas topik-topik penting berkaitan dengan anti-fraud, mulai dari perkembangan teknologi untuk mendeteksi fraud, investigasi forensik hingga membangun budaya integritas dan etika dalam organisasi.
"Harapannya, akan diperoleh wawasan baru, berbagi pengetahuan dan mendapatkan solusi inovatif dalam menghadapi ancaman fraud yang makin kompleks. Terlebih di masa sekarang ini pelaku fraud juga di-back up atau memanfaatkan artificial intelligence (AI), untuk itu penanganan fraud juga harus memanfaatkan teknologi informasi baik dalam proses pencegahan, pendeteksian, bahkan hingga penindakan kasus fraud," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement