Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mendorong agar segera dilaksanakannya praktik tumpangsari di kebun sawit dengan integrasi menanam padi gogo. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan serta diversifikasi hasil pertanian yang berkelanjutan.
"Kita ingin perkebunan sawit bisa ditumpangsarikan dengan padi gogo. Kenapa karena ketahanan pangan dalam negeri itu di antaranya adalah padi dan sawit," kara Wamentan dalam keterangan di Jakarta, Kamis, (10/10/2024).
Baca Juga: Permintaan Naik Tinggi, Harga Bibit Sawit Tercatat Meningkat
Kebun sawit, kata Sudaryono, dapat ditumpangsarikan dengan tanaman padi gogo untuk mendukung ketahanan pangan. Dan hal tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi padi nasional.
Kementerian Pertanian (Kementan), menargetkan penanaman sebanyak 500 ribu hektare padi gogo di lahan perkebunan sawit dan kelapa seluruh Indonesia. Langkah tersebut juga merupakan implementasi program kelapa sawit tumpang sari tanaman pangan atau yang biasa disebut dengan Kesatria.
Untuk diketahui, sebelumnya Sudaryono mengajak Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) untuk fokus pada peningkatan produktivitas sawit nasional.
Sudaryono mengungkapkan bahwa industri sawit mempunyai peran strategis dalam menambah devisa negara dan menjadi lokomotif utama dalam pertumbuhan ekonomi.
Maka dari itu, Mas Dar, sapaan akrab Wamentan ini, menegaskan pentingnya menggenjot produktivitas sawit nasional hingga 17 ton per hektare nya.
"Paling tidak kita bisa 17 ton per hektare, mendekati Malaysia yang 18 ton per hektare," ucap dia.
Selama ini, pemerintah telah berkomitmen penuh dalam menjaga sawit sebagai komoditas strategis yang tidak hanya mendukung perekonomian nasinal saja, melainkan juga menjaga maupun meningkatkan kesejahteraan petani.
"Saat ini, sawit Indonesia menguasai 60 persen pasar dunia," tutur Wamentan.
Lebih lanjut, Wamentan juga menyoroti perihal pentingnya hilirisasi. Khususnya pengembangan biodiesel B50 untuk mengurangi ketergantungan pada impor biosolar.
Dengan demikian, sambungnya, Indonesia bisa mengembangkan hilirisasi sawit menjadi banyak kebutuhan lain seperti biodiesel B50 yang saat ini sudah berjalan utnuk memenuhi kebutuhan biosolar.
Baca Juga: Menperin Optimis Hilirisasi Sawit Capai Rp775 Triliun
"Kalau kita bicara sawit, kita punya catatan pada ekspor CPO (Crude Palm Oil) kita sekaligus menjadikan bahan hilirisasi yang berhasil mengembangkan B35 dan B50. Syukur syukur kita bisa mengurangi 100 persen impor biosolar," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement