- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Mentan Amran Klaim Produksi Beras Naik Meski Indonesia Dilanda Perubahan Iklim

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengklaim jika kebijakan refocusing anggaran yang dilakukan oleh pihaknya di tahun 2023 telah berhasil meningkatkan produksi beras sebesar 1,49 juta ton pada Agustus – Desember 2024 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Menurut Amran, keberhasilan ini menjadi bukti dari efektivitas strategi pemerintah dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti El Nino dan La Nina.
Baca Juga: Mentan Amran: Milenial Tertarik Jadi Petani Asal Menguntungkan
Dalam acara Economy Outlook 2025 bertajuk Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru, Kamis (30/1/2025), Amran menjelaskan bahwa produksi beras mencapai 2,9 juta ton pada Agustus 2024. Sementara pada September produksi beras tercatat mencapai 3 juta ton. angka tersebut diketahui lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dalam kondisi iklim normal.
"Kenaikan produksi ini bukan hanya soal anggaran, tetapi tentang pengambilan keputusan yang cepat dan tepat di saat kondisi kritis," ujar Amran.
Anggaran Rp1,7 Triliun Dialihkan untuk Sektor Produktif
Lebih lanjut, Amran menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) mengalihkan anggaran sebesar Rp1,7 triliun dari perjalanan dinas, seminar, hingga perbaikan gedung ke sektor yang jauh lebih produktif demi meningkatkan produksi. Adapun anggaran tersebut dialihkan untuk pengadaan benih unggul, pompa air, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).
Kebijakan tersebut diakui oleh Amran tak hanya meningkatkan produksi beras saja, melainkan juga memberikan dampak ekonomi signifikan dengan nilai tambah setara Rp17,89 triliun. Dirinya menjelaskan bahwa data peningkatan produksi ini tidak bersumber dari internal Kementan, melainkan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).
"Biasanya, pada bulan Agustus, September, dan Oktober terjadi paceklik. Tapi tahun ini berbeda, produksi tetap meningkat meskipun ada El Niño dan La Niña," jelasnya.
Ekspor Jagung dan Pompanisasi Sawah Tadah Hujan
Pemangkasan anggaran ini diklaim berdampak positif pada sektor pertanian lainnya. Indonesia berhasil mengekspor 50 ribu ton jagung pada Mei 2024 lalu.
Tak hanya itu, Kementan juga berhasil mengoptimalkan pompanisasi sawadah tadah hujan di 1 juta hektare lahan di Pulau Jawa dan luar Jawa. Dampaknya, indeks pertanaman (IP) pun meningkat. Jika sebelumnya petani hanya bisa menanam sekali dalam setahun, maka kini mereka bisa menanam hingga tiga kali.
Amran juga menyoroti keberhasilan optimalisasi lahan rawa seluas 351 ribu hektare di Kalimantan dan Sumatera.
"Di saat krisis air akibat El Niño, kami memanfaatkan pompa untuk mengairi sawah tadah hujan. Hasilnya, produksi tetap meningkat dan kita berhasil melewati tantangan iklim ekstrem," ungkapnya.
Baca Juga: PLN EPI dan Kementan Sinergi Hijaukan Brebes, Sulap Lahan Tandus Jadi Tanaman Energi
Dengan langkah strategis ini, pemerintah optimistis bahwa sektor pertanian Indonesia semakin kuat dan berdaya saing, serta mampu berkontribusi lebih besar terhadap ketahanan pangan nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement