Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkatkan Keterampilan Tenaga Kerja, RI-Swiss Lanjutkan Kerja Sama Ini

Tingkatkan Keterampilan Tenaga Kerja, RI-Swiss Lanjutkan Kerja Sama Ini Kredit Foto: Reuters/Arnd Wiegmann
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia dan Swiss melanjutkan kerja sama memperkuat pendidikan vokasi berbasis Dual Vocational Education and Training (Dual VET) untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi.

Kolaborasi tersebut diwujudkan melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dengan Pemerintah Swiss dan Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO).

Baca Juga: Prabowo: Kita Bersyukur atas Pengabdian Semua Presiden

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar, Martini M. Paham mengatakan pariwisata Indonesia menitikberatkan pada quality tourism untuk dapat memberikan pengalaman yang berkualitas bagi wisatawan.

Martini menyampaikannya dalam sambutan pembuka di acara "Skills in Action Forum: Advancing Competitiveness" di Mendara Danareksa, Jakarta, Kamis (27/2/2025).

"Ini dilakukan dengan menyiapkan SDM yang kompeten dan profesional sesuai dengan kebutuhan pasar. Salah satunya melalui pendidikan vokasi yang berorientasi pada praktik sebagai fondasi utama dalam mencetak tenaga kerja yang unggul," kata Martini, dikutip dari siaran pers Kemenpar, Jumat (28/2).

Hal tersebut dibuktikan melalui kerja sama yang telah terjalin sejak 2018, dengan mulai menerapkan pengembangan keterampilan dengan pendekatan Dual VET yaitu Skills for Competitiveness (S4C) dan Sustainable Tourism Education Development (STED).

Kedua inisiatif tersebut mengintegrasikan pembelajaran di lembaga pendidikan dan di tempat kerja. Pemerintah Swiss dalam hal ini juga turut bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, serta politeknik di bawah naungan Kemenpar dan Kemenperin. Poltekpar Lombok terpilih menjadi lembaga pendidikan pada fase pertama dalam kolaborasi ini.

Kini, kerja sama tersebut memasuki fase kedua bersama Swisscontact sebagai lembaga pelaksana yang akan berlangsung hingga 2027 di enam Poltekpar di bawah naungan Kemenpar. Upaya ini untuk mengatasi kesenjangan pendidikan sekaligus meningkatkan daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia.

Selama penerapan STED, Politeknik Pariwisata Lombok pada 2024 berhasil mencetak lulusan yang telah bekerja dalam jangka waktu 6 hingga 12 bulan setelah lulus dengan presentase sebesar 70,6 persen.

Sebelumnya pada fase pertama, Kemenpar bersama SECO telah berhasil mengimplementasikan berbagai program mulai dari program Community Coaching on Sustainability (COCOS) untuk SUSTOUR Project pada 2022 dan 2023 yang telah memberikan dampak positif dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.

Hingga 2023, program ini telah mendampingi 8 desa, melatih 34 master trainer, dan 36 pelatih baru, serta membantu 7 penyedia layanan konsultasi yang menjual layanan mereka ke pemerintah dan yayasan swasta. Selain itu, program ini juga mendorong pengembangan 10 produk dan layanan tur berkelanjutan baru yang meningkatkan daya saing destinasi berbasis komunitas.

Kemudian, program Training of Trainers (ToT) on Hospitality Practices on Sustainability dan program pelatihan The Swiss Federation for Adult Learning (SVEB) yang mengadopsi pendekatan Swiss dalam meningkatkan pengajaran berbasis praktik.

"Saya sangat mengapresiasi Pemerintah Swiss dan SECO atas dukungan dan kerja sama yang luar biasa. Mari kita kembali bekerja bersama untuk mencetak generasi unggul yang dapat membawa SDM Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih kompetitif," kata Martini.

Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN, Olivier Zehnder, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia luar biasa. Indonesia saat ini bercita-cita untuk mencapai tujuan pertumbuhan PDB tahunan sebesar 8 persen untuk memenuhi tujuan jangka pendek dalam Asta Cita dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

"Kehadiran sumber daya manusia yang unggul akan sangat penting dalam mencapai tujuan ini. Dan untuk mencapai tujuan ini diperlukan lebih dari sekadar kebijakan pemerintah dan reformasi pendidikan. Partisipasi aktif bisnis dalam pengembangan tenaga kerja dan keterampilan sekarang lebih penting dari sebelumnya," kata Olivier.

Lebih lanjut, Olivier mengatakan ekonomi yang kompetitif dibangun atas tenaga kerja terampil, adaptif, tangguh, dan siap memenuhi permintaan ekonomi yang berkembang pesat. Karenanya, fase baru ini berfokus pada penanganan tantangan yang tersisa untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia sebagai kekuatan yang lebih besar dan memperkuat daya saing.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: