Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapkan Investasi US$12,5 Miliar, RI Bangun Proyek Kilang Minyak 500 Ribu Barel per Hari

Siapkan Investasi US$12,5 Miliar, RI Bangun Proyek Kilang Minyak 500 Ribu Barel per Hari Kredit Foto: Kementerian ESDM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus mengakselerasi hilirisasi energi guna memperkuat ketahanan energi nasional. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pembangunan kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari yang dirancang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan proyek ini menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam memastikan pasokan energi yang stabil dan berkelanjutan.

"Kita juga akan membangun refinery (kilang minyak) yang Insya Allah kapasitasnya kurang lebih sekitar 500 ribu barel. Ini salah satu yang terbesar nantinya, dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik," ujar Bahlil dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (3/3/2025).

Baca Juga: RI Bakal Hilirisasi 21 Proyek, Investasi Awal Capai Rp659 Triliiun

Kilang ini akan mengolah minyak mentah dari dalam negeri maupun impor dengan total produksi mencapai 531.500 barel per hari, termasuk bahan bakar minyak (BBM). Proyek ini diperkirakan membutuhkan investasi senilai US$12,5 miliar. Selain mengurangi ketergantungan pada impor, kilang ini berpotensi menghemat 182,5 juta barel minyak per tahun atau setara dengan US$16,7 miliar.

Selain itu, pembangunan kilang ini diproyeksikan menciptakan peluang kerja yang besar, dengan menyerap 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.

Di sektor mineral dan batubara (minerba), Kementerian ESDM juga mempercepat pembangunan industri Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG). Proyek ini akan dibangun di beberapa lokasi strategis, yakni Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan, serta Kabupaten Kutai Timur di Kalimantan Timur.

"Kita juga akan membangun DME yang berbahan baku batubara low-calorie (kalori rendah) sebagai substitusi LPG. Ini akan kita lakukan agar produknya bisa dipasarkan dalam negeri sebagai substitusi impor," jelas Bahlil.

Baca Juga: Bahlil Jelaskan Sejumlah Proyek Hilirisasi di 2025

Berbeda dengan proyek sebelumnya yang melibatkan investor asing, pembangunan industri DME kali ini akan sepenuhnya mengandalkan modal dalam negeri. Pemerintah akan berfokus pada pemanfaatan sumber daya domestik dan hanya membutuhkan teknologi dari pihak luar.

"Sekarang kita tidak butuh investor. Negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden memanfaatkan resource dalam negeri. Yang kita butuhkan dari luar hanya teknologinya. Jadi kali ini tidak ada lagi yang tergantung kepada pihak lain," tegas Bahlil.

Selain DME, pemerintah juga akan meningkatkan hilirisasi di sektor pertambangan dengan menambah nilai komoditas seperti tembaga, nikel, dan bauksit hingga menjadi alumina.

Dalam pertemuan yang dipimpin Presiden Prabowo sebelumnya, telah disepakati 21 proyek hilirisasi tahap pertama dengan total investasi mencapai US$40 miliar. Pemerintah juga telah menetapkan 26 sektor komoditas sebagai prioritas hilirisasi nasional, mencakup mineral, minyak dan gas, perikanan, pertanian, perkebunan, serta kehutanan.

Baca Juga: Esensi Biodiesel Terhadap Kesehatan Lingkungan Global

Baca Juga: Mengenal Minyak Sawit, Minyak Nabati Paling Produktif di Dunia

Kebijakan ini diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan energi dan industri nasional, tetapi juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: