Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Sebagai bentuk penyesuaian, manajemen Gudang Garam mulai melakukan efisiensi operasional, termasuk menghentikan pembelian tembakau dari beberapa wilayah sentra seperti Temanggung.
Perusahaan beralasan bahwa stok bahan baku yang ada masih cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi selama empat tahun ke depan. Namun, langkah ini juga dibaca sebagai indikasi bahwa perusahaan tengah menahan arus keluar dana untuk menjaga likuiditas di tengah penurunan permintaan.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) Tambah Modal Rp1,5 Triliun ke Anak Usaha, Dananya untuk Proyek Ini
Tekanan dari sisi eksternal pun kian memperberat langkah Gudang Garam. Pemerintah telah menetapkan kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) rokok mulai Januari 2025, yang otomatis membuat harga produk resmi melonjak di pasaran.
Situasi ini membuka celah bagi rokok ilegal tanpa cukai untuk membanjiri pasar, karena harganya jauh lebih murah dan mudah diakses. Pergeseran konsumsi ini menjadi pukulan telak bagi produsen rokok legal, termasuk Gudang Garam.
Tak hanya di dalam negeri, tekanan juga datang dari luar. Penjualan ekspor Gudang Garam tercatat turun hingga 12,1 persen. Sementara itu, para pesaingnya mulai agresif mengalihkan fokus ke produk alternatif seperti rokok elektrik atau vape, yang saat ini tengah naik daun terutama di kalangan generasi muda.
Kini, publik pun menanti bagaimana langkah strategis Gudang Garam dalam menghadapi krisis dalam kinerjanya yang semakin nyata.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement