Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jerome Powell Hati-Hati, Rupiah Kena Getahnya

Jerome Powell Hati-Hati, Rupiah Kena Getahnya Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (2/7/2025), seiring penguatan indeks dolar yang dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) serta risiko geopolitik akibat kebijakan fiskal dan perdagangan Presiden AS Donald Trump.

Rupiah ditutup melemah 47 poin di level Rp16.246 per dolar AS, setelah sempat menyentuh posisi terlemah di Rp16.250. Kondisi ini terjadi di tengah volatilitas pasar global dan meningkatnya minat terhadap aset safe haven.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS didorong oleh pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menahan optimisme pasar terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September mendatang. Powell menyatakan bahwa ketidakpastian inflasi akibat kebijakan tarif Trump menjadi alasan kehati-hatian bank sentral.

Baca Juga: Rupiah Menguat di Tengah Kontraksi PMI dan Ketidakpastian Global

“Pasar awalnya optimis soal peluang pemangkasan suku bunga pada September, namun sikap Powell menahan euforia itu,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya, Rabu (2/7/2025).

Untuk perdagangan Kamis (3/7/2025), rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di kisaran Rp16.230 hingga Rp16.300 per dolar AS.

Selain faktor eksternal, tekanan terhadap rupiah juga datang dari dinamika fiskal dalam negeri. Meski posisi utang pemerintah per akhir 2024 tercatat sebesar Rp10.269 triliun, pemerintah tetap menunjukkan ketahanan fiskal dengan total aset mencapai Rp13.692,4 triliun dan ekuitas Rp3.423,4 triliun. Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada akhir tahun tercatat sebesar Rp457,5 triliun.

“Pemanfaatan SAL menunjukkan fleksibilitas fiskal dalam menghadapi tekanan global, meski penurunannya tipis dari awal tahun,” ujar Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah Melemah di Tengah Ketidakpastian Global

Ketidakpastian pasar semakin meningkat setelah Trump menyampaikan perkembangan negosiasi dagang dengan India, yang dapat menghindarkan negara tersebut dari tarif 26% pada pekan depan. Namun, Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif 30–35% terhadap ekspor Jepang ke AS jika kesepakatan tidak dicapai sebelum 9 Juli.

“Pasar saat ini masih cemas dengan kebijakan perdagangan Trump yang bisa memicu guncangan ekonomi global,” tambah Ibrahim.

Amerika Serikat telah menandatangani kesepakatan dagang terbatas dengan Inggris dan Tiongkok, namun sentimen negatif masih dominan. Rancangan undang-undang pemotongan pajak dan peningkatan belanja yang baru saja disetujui Senat AS juga diperkirakan menambah utang negara tersebut sebesar US$3,3 triliun dalam sepuluh tahun ke depan.

Dengan kondisi ini, pasar keuangan Indonesia diperkirakan tetap dibayangi tekanan global dan kehati-hatian pelaku pasar terhadap arah kebijakan moneter maupun fiskal, baik dari dalam maupun luar negeri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: