Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Menguat, Rupiah Tertekan di Tengah Ancaman Tarif Trump

Dolar AS Menguat, Rupiah Tertekan di Tengah Ancaman Tarif Trump Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan pada awal pekan ini seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global dan menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Dampaknya, nilai tukar rupiah tertekan hingga ditutup melemah ke posisi Rp16.239 per dolar AS.

Penguatan dolar AS dipicu oleh pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan rencana penerapan tarif baru hingga 70% terhadap sejumlah negara mulai 1 Agustus 2025. Selain itu, negara-negara yang tergabung dalam blok BRICS disebut akan menghadapi tambahan bea masuk 10% karena dituding menjalankan praktik dagang anti-Amerika.

“Investor gelisah karena arah kebijakan Trump tak hanya proteksionis, tapi juga penuh ketidakpastian,” ujar pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Senin (7/7/2025).

Baca Juga: Pasar Cemas, Dolar Amerika Serikat Dibayangi Ancaman Utang dan Tarif Trump

Di sisi makroekonomi, penguatan dolar juga diperkuat oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan ketangguhan. Kondisi ini membuat pelaku pasar menurunkan proyeksi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Berdasarkan alat prediksi CME FedWatch Tool, peluang penurunan suku bunga pada Juli dan September semakin menipis.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 sebesar US$152,6 miliar, sedikit meningkat dibandingkan Mei yang tercatat sebesar US$152,5 miliar. Kenaikan ini ditopang oleh penerimaan pajak, jasa, dan penerbitan global bond oleh pemerintah.

BI menyatakan bahwa posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri, jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar tiga bulan impor. Hal ini dinilai tetap mampu menjaga stabilitas eksternal dan sistem keuangan domestik.

Baca Juga: Dolar Naik, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Tertunda

Namun, di tengah penguatan dolar AS dan ketidakpastian global, nilai tukar rupiah tetap tertekan. Ibrahim menjelaskan bahwa rupiah ditutup melemah 54 poin ke level Rp16.239 per dolar AS, setelah sempat melemah hingga 65 poin. Ia memproyeksikan pergerakan rupiah ke depan masih akan fluktuatif di kisaran Rp16.230–Rp16.280 per dolar AS.

Fokus pasar berikutnya tertuju pada rilis notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan Kamis dini hari waktu Indonesia Barat. Dokumen tersebut akan menjadi petunjuk lanjutan mengenai arah kebijakan suku bunga AS di tengah tekanan inflasi dan risiko geopolitik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: