Kredit Foto: Pixabay
Digelar setiap tahun pada bulan Safar, tradisi Saparan Apem Yaa Qowiyyu kembali dilangsungkan di di Jatinom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, pada Jumat (6/08/2025).
Gelaran tradisi tersebut merupakan bentuk nyata komitmen Indonesia dalam menghormati dan merawat nilai-nilai luhur keberagaman tradisi dan budaya yang sarat akan kearifan lokal di tengah derasnya arus modernisasi.
Baca Juga: Kembali Menguat, Wall Street Dipenuhi Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Diawali dengan Kirab Budaya Gunungan Apem, gelaran Saparan Apem Yaa Qowiyyu yang bertepatan dengan Haul Kyai Ageng Gribig ke-406 tersebut kembali disambut antusias oleh puluhan ribu masyarakat.
Tradisi tersebut berakar dari strategi dakwah unik dan inovatif yang diperkenalkan oleh Kyai Ageng Gribig sejak lebih dari empat abad lalu, yakni melalui pembagian apem kepada masyarakat sambil membaca wirid Yaa Qowiyyu sebagai simbol ajaran dan nilai kebajikan yang terus diwariskan hingga kini.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua BKSAP DPR RI Ravindra Airlangga yang turut hadir bersama jajaran Kemenko Perekonomian menyebutkan bahwa peringatan haul melalui kegiatan tersebut menjadi upaya merawat tradisi kebudayaan yang sudah turun-temurun di kawasan Jatinom Klaten, dalam rangka mengenang dan meneruskan perjuangan Kiai Ageng Gribig yang hidup pada masa Sultan Agung Hanyokro Kusumo Mataram.
Pembagian apem dalam tradisi Saparan Apem Yaa Qowiyyu merupakan simbol nyata dari andum atau berbagi ampunan kepada sesama, sebagaimana diajarkan dalam dakwah budaya oleh Kyai Ageng Gribig.
Praktik andum ini pertama kali diperkenalkan sebagai sarana untuk mendorong masyarakat mengamalkan nilai-nilai kebaikan, khususnya dalam bentuk sedekah, guna membangun tatanan masyarakat yang harmonis, peduli, dan damai.
Hingga kini, semangat tersebut terus dilestarikan dan tercermin melalui pembagian sekitar lebih dari 54 ribu apem hasil sumbangan masyarakat dari berbagai daerah sebagai bentuk partisipasi dalam memeriahkan tradisi ini.
Selain melambangkan nilai kebajikan dalam berbagi, antusiasme masyarakat dalam memperebutkan apem juga mengandung pesan filosofis bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan hanya dapat diraih melalui usaha yang kuat, sehingga masyarakat diajak untuk terus meningkatkan tekad dan ikhtiar dalam mewujudkan harapan dan cita-cita.
Lebih lanjut, nilai-nilai luhur yang diajarkan dan diwariskan oleh Ki Ageng Gribig juga terus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari pembentukan karakter bangsa, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Filosofi yang terkandung dalam simbol apem menjadi pengingat akan pentingnya akar budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adapun apem sendiri dimaknai sebagai singkatan dari akar sejarah kuat yang mencerminkan pentingnya menjaga tradisi dan warisan para pahlawan bangsa, persatuan dan kesatuan sebagai wujud komitmen menjaga toleransi dan kerukunan dalam kebhinekaan, ekonomi kerakyatan yang mencerminkan pembangunan ekonomi berpihak pada kemakmuran rakyat, serta masyarakat yang maju, beragama, dan berakhlakul karimah sebagai tujuan akhir dari pembangunan yang berlandaskan nilai-nilai moral dan spiritual.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement